Bentara Budaya kembali menggelar Kompetisi Internasional Triennial Seni Grafis Indonesia VI. Perhelatan ini ditujukan dalam rangka mendukung dan membantu perkembangan seni grafis yang sempat mati suri sekaligus sebagai ajang untuk mengapresiasi kreativitas para perupa grafis (print maker) dari berbagai negara untuk memamerkan hasil karyanya.
Indonesia sudah sepatutnya berbangga karena telah berhasil menyelenggarakan acara tersebut untuk yang keenam kalinya. Hajatan tiga tahunan sekali ini merupakan gagasan Bentara Budaya sejak tahun 2003. Minat dan perhatian pada seni grafis nampak jelas terlihat dimana sebanyak 146 seniman telah mengirimkan 286 karyanya saat itu.
Pada Triennial yang dihelat pertama kali hanya dapat mengikutsertakan para seniman lokal yang berasal dari berbagai daerah seperti Yogyakarta, Bandung, Bali, Jakarta, Semarang, Surabaya, Klaten, Padang dan Makassar. Barulah sejak tahun 2015 berkembang lebih luas dengan melibatkan peserta internasional. Tak disangka animo tak dapat dibendung, sebanyak 355 karya dari 198 peserta yang berasal dari 21 negara berpartisipasi pada Triennial Seni Grafis Indonesia kelima yang diadakan tahun 2015.
Nah, puncaknya kemarin malam, Rabu (24/4) pembukaan pameran 30 finalis sekaligus malam penghargaan kepada para pemenang dalam balutan Triennial VI dilaksanakan di Bentara Budaya Jakarta yang terletak bersebelahan dengan Menara Kompas kompleks Kompas Gramedia di bilangan Palmerah, Jakbar. Tahun ini sebanyak 317 karya dari 116 pegrafis yang ikut serta dimana berasal dari 26 negara dan terdiri dari 5 benua. Acara tersebut turut pula dimeriahkan dengan penampilan musisi Jazz dan Blues kebanggaan tanah air yaitu Syaharani and Queenfireworks.
Negara peserta kompetisi Triennial VI 2018 berasal dari negara Argentina, Australia, Bangladesh, Nepal, Bosnia, Brazil, Bulgaria, China, Colombia, Mesir, Prancis, India, Indonesia, Italia, Jepang, Moldova, Filipina, Polandia, Thailand, Korsel, USA, Turki, Serbia, Kroasia, Singapura, dan Kanada.
Seluruh peserta tersebut diwajibkan mengirimkan hasil karya yang mengacu pada kaidah konvensional Seni Grafis dimana mencakup keempat teknik cetak dasar seni grafis, meliputi cetak tinggi, cetak dalam, cetak datar, dan cetak saring. Proses penciptaannya sendiri dibuat secara analog (non-digital), bersifat orisinil dan memiliki keotentikan bernilai estetik.
Proses penjurian dan Penyeleksian Kompetisi Triennial VI
Seluruh karya dalam kompetisi Triennial VI tersebut kemudian diseleksi oleh tim dewan juri yang beranggotakan Ipong Purnama Sidhi selaku ketua dewan juri dan kurator dari Bentara Budaya Jakarta, Dwi Marianto sebagai penulis buku dan dosen ISI Yogyakarta, Edi Sunaryo sebagai perupa dan Dosen ISI Yogyakarta, Devy Ferdianto selaku Pegrafis dan Kepala Divisi Seni Cetak dari Ganara Art dan Theresia Agustina Sitompul sebagai Perupa, Pegiat Studi Grafis Minggiran Jogja dan Dosen di ISI Surakarta.
Pada acara pembukaan malam itu, Mas Frans Sartono selaku Direktur Program Bentara Budaya menuturkan sejak digelar pertama kali hingga sekarang, Triennial Seni Grafis Indonesia merupakan bentuk komitmen Bentara Budaya untuk mendukung perkembangan seni grafis Indonesia. Hal ini bertujuan untuk memacu dan memicu antusiasme para pegrafis maupun kalangan penikmat dan pemerhati seni grafis secara umum.