Tidak terasa sebagian orang mulai suka reuni. Baik itu angkatan SD, SMP, SMA, sampai perguruan tinggi.
Namun selain sebagian merasa sungkan, repot, juga ada yang hanya mengisi reuni dengan bertemu, ngobrol, yang akhirnya bergibah, makan-makan dan pulang pergi.
Akibatnya, bisa berdampak justru negatif. Ajang ghibah nasional. Perlu dipikirkan bagaimana reuni yang migunani.
1) Tidak sekedar silaturahmi
Reuni yang migunani (bermanfaat) bukan sekedar silaturahmi. Benar, silaturahmi sendiri itu berguna. Dan akan lebih bermanfaat jika ditambahi agenda yang lebih produktif. Misalnya, kalau komunitas saya sendiri ada pengadaan hewan Qurban setiap tahun. Setiap alumni yang concern, urunan 1/7 biaya sapi.
Lokasinya bisa dipilihkan berganti. Dengan demikian, hampir setiap tahun setiap alumni punya ikatan. Meskipun hewan qurban yang disembelih ya hanya 1 ekor. Sebab, sebagian besar juga sudah berqurban di daerahnya masing-masing.
Namun dengan menargetkan minimal ada 1 ekor sapi diqurbankan, maka ada agenda rutin yang bisa dilakukan. Bukan sekedar bertemu dan ngobrol. Namun juga bermanfaat bagi masyarakat sekitar.
2) Berbagi dengan senior/bapak ibu guru/purna karya
Reuni migunani juga bisa diisi dengan bakti sosial. Mengumpulkan donasi dari alumni yang peduli dan mampu, menggalangnya, dan membaginya. Bukan untuk pamer sukses, namun berbagi kado kebahagiaan.
Bisa dengan nomenklatur "goody bag untuk purna karya", atau "kado buat teman sekitar".