GUS BAHA: KE MANA MANUSIA BERJALAN
Sebagian manusia di dunia ini ada yang beriman. Bisa jadi ia terafiliasi dengan Islam, maka disebut sebagai Muslim. Ada juga yang terafiliasi dengan Kristus, maka disebut Kristen. Demikian halnya dengan umat yang lain.
Dalam perspektif Gus Baha, semua pada akhirnya akan mengikuti kehendak Tuhan. Bahkan komunitas agonistic sampai atheis, semua akan berpulang. Secanggih teknologi manusia, tetap tidak bisa menghindari kematian.
Atheis tidak mampu menjawab ke mana setelah mati. Bagi mereka, kematian adalah kemusnahan biasa. Bahkan ada yang mengibaratkan seperti computer yang otomatic shut down.
Bagi kaum beriman, bagaimana mungkin manusia itu punya akal budi, hanya diibaratkan sebagai mesin mati yang otomatis bergerak lantas terdiam begitu saja?
Pada proses penciptaan, manusia berusaha berpikir bahwa Sang Pencipta sama dengan makhluk ciptaan Nya. Akhirnya, kemahabesaran Tuhan menjadi seakan seperti manusia.
Padahal Dial ah Sang Pencipta yang berbeda dengan makhluk. Dial ah yang mengendalikan alam semesta. Sampai ke alam semut, miniature dna, virus bakteri sampai detail kehiduan makro dan mikro.
Gus Baha menjelaskan, bahwa kehidupan setelah kematian adalah sebagian bukti bahwa waktu itu fana sedangkan manusia itu abadi (menyitir sinyalemen Sapardi Djoko Damono).
Sementara kaum sufi, menurut Gus Baha, mengatakan bahwa kehidupan setelah kematian menunjukkan bahwa hakikat manusia tidak akan pernah mati.