Kalau mau mengikuti sebuah evolusi terbentuknya sebuah gugus kepulauan, datanglah ke Pulau Curiak di kecamatan Anjir Muara Kabupaten Barito Kuala, sekitar 18 kilometer dari Kota Banjarmasin.
Sambil berusaha dan berdoa, semoga eko sistem lahan basah ini tetap lestari dan abadi meskipun kita semua sebagai manusia akan mengalami kematian fisik di dunia ini.
Evolusi pulau ini sangat kentara, karena awalnya hanya seluas 2,7 hektar, namun dengan perjuangan penanaman rambai dan mangrove alias pohon bakau, akhirnya kawasan pulau menjadi seluas 3,9 hektar.
Artinya ada proses sedimentasi alamiah dengan proteksi tanaman bakau. Dan sedimentasi dalam hal ini justru melindungi lingkungan dari abrasi laut yang berpotensi menghapus daratan menjadi bagian dari lautan. Risiko kehidupan tumbuhan dan binatang di pulau tersbeut bisa berisiko terancam musnah.
Maka begitulah perjuangan dari sahabat-sahabat kita di Yayasan Sahabat Bekantan Indonesia (SBI) yang meresmikan sebuah Pusat Riset Bekantan di Pulau Curiak Kalimantan Selatan pada tahun 2018.
Bahkan sekarang nge-link ke Universitas New Castle Australia. Dan berulang kali menjadi objek kunjungan untuk sekedar susur sungai, atau melakukan riset bersama dengan SBI. Dan baru berusia 3 tahun, di tahun 2021 ini semakin sibuk melayani banyak tamu luar negeri yang mau berkunjung.
Kelebihan ke Pulau Curiak ini, suasananya wild banget. Namun aman dari sisi safety dan security. Beda dengan di Amazon Brazil, yang too wild dan berisiko tersesat di hutan atau malah jadi tawanan suku Amazon. Kalau di Pulau Curiak Banjarmasin aman dan nyaman.
Rasanya pasti eksotik. Dan ngeri-ngeri sedap bagi yang tidak bisa berenang. Jangan khawatir, ada tim rescue yang siap menolong jika perahumu oleng atau hanyut karena mesin diesel tempelnya mati. Waduhh....bikin takut.
Saya pernah mencobanya. Dan ternyata ya tidak menakutkan. Saya pun tidak bilang kalau saya tidak bisa berenang. Bisa-bisa malah tidak jadi diajak ke Pulau Curiak dunk. Hehehe..