Lihat ke Halaman Asli

Nugroho Endepe

Edukasi literasi tanpa henti. Semoga Allah meridhoi. Bacalah. Tulislah.

Tiga Alasan Pembenaran Resign

Diperbarui: 11 Maret 2021   15:15

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pergilah dan carilah kebahagiaanmu (Foto: thejobnetwork.com)

Resign di tengah pandemi adalah langkah konyol. Bisa jadi begitu. Namun bisa pula justru langkah tepat. Ketimbang diPHK, keknya lebih bergengsi. Kalau golongan kolonial kek saya, berpikir sejuta kali jika mau resign. Namun kondisi beda jika kleyan adalah gen Z, atau post milenial. Sebab, gen Milenial juga akan berpikir seribu kali kalau mau resign. Usia 40 an tahun bagi gen Milenial, adalah situasi di mana kemapanan telah dimiliki. Buat apa resign? Begitu kira-kira lho ya...

Nah, kalau Gen Z atau post milenial, usia di kisaran 20-30an tahun, sudahlah kleyan kalau mau resign ya resign saja. Energi masih berlebih, pakai untuk berkreasi dan berinovasi. Yang penting resign itu bukan sebagai senjata untuk negosiasi gaji naik lho ya... sebab kalau resign hanya sebagai ancaman-ancaman kosong melompong, ya akhirnya menjadi catatan khusus bagi manajemen. 

Nah, menurut saya lho ya..ada 3 alasan yang bisa menjadi pembenaran resign.

(1) Pingin hamil dan punya anak. Ini alasan paling tepat bagi kleyan yang pasangan muda, dan keduanya sama-sama bekerja. Saya punya anak buah yang excellent dalam bekerja, sabar dan teliti karena memang di bidang finance, dan tiba-tiba mengajukan resign. Alasannya mas suami minta berhenti dulu, sebab sudah 2 tahun belum hamil juga pasca mengadakan pernikahan suci. Nasehat dokter, agar suami istri lebih sering ketemu, dan itu tandanya harus serumah dengan risiko ada yang mundur dari pekerjaan. 

Dalam hal ini, saya mendukung 100% untuk resign. Bina keluarga muda, dan nanti masalah kerja itu dipikirkan kemudian. Yang penting biaya hidup tercukup oleh salah satu di antara suami, atau istri. 

Apakah bisa istri yang bekerja saja dulu? Lha ya sulit kaau begini, sebab yang akan mengandung kan ibu, dan risiko bayak gerak dan stress, akan merentankan kandungan. Maka yang harus bed rest, full time at home, bersiap untuk mengandung dan punya bayi, adalah istri. Suami harus tanggung jawab juga dengan penuh kasih sayang dan penuh finansial membiayai rumah tangga.

(2) Pingin membuka usaha mandiri. Nah, ini cocok bagi kleyan yang suka tantangan dan tidak suka gaji rutin yang tidak ada tantangannya. Ada yunior saya bergaji 17 juta per bulan, posisi data up date Maret 2021, di Surabaya, dan status sebagai karyawan operator di perusahaan bongkar muat. Tapi si doi ini males dengan gaji rutin yang pekerjaannya juga rutin, bongkar muat barang, maka ia memutuskan akan resign dan buka usaha kost-kostan, catering, londrey, dan jualan online. 

Tabungannya selama 3 tahun bekerja dengan gaji segitu, dipandang cukup. Apalagi ortunya mendukung karena juga pebisnis di bidang catering yang mensuplai makanan ke banyak perusahaan logistik untuk menu makan siang, rapat, dan acara lainnya. Nah, kleyan boleh mencontoh yunior saya ini, tapi syaratnya memang satu: harus bernyali. 

Biasanya 1 tahun pertama usaha awal, uang morat-marit karena pemasukan tidak bisa rutin, namun biaya keluar kok rutin ya.. Ya harus berani, high return high risk, mau pendapatan tinggi risiko juga tinggi. 

(3) Pingin meneruskan studi di luar negeri. Ya namanya sekolah, gak mungkin disambi, meski ya bisa juga disambi kalau energi mampu dan berlipat. Namun jika kleyan sekolah di Kanada, dan kerjanya di SUrabaya, gimana nyambinya woiii...Ya harus berani memutuskan untuk resign. Bagi kalangan PNS, tidak perlu resign jika sekolahnya terkait dinas. Namun jika sekilahnya sendiri, bahkan rencana mau migrasi, ya mau tidak mau ya resign lah woiii...

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline