Lihat ke Halaman Asli

Nugroho Endepe

Edukasi literasi tanpa henti. Semoga Allah meridhoi. Bacalah. Tulislah.

Pandemi Rontokkan Daya Beli Mobil?

Diperbarui: 16 Februari 2021   07:02

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Salah satu showrom mobil bekas di Jakarta (Foto: kompas.com)

Seorang kawan mengeluh dengan keluhnya yang panjang. Dahulu, sebelum pandemi. Katanya penjualan mobil dari dealer tempat ia bekerja, bisa menjual sekira 15 - 20 setiap minggunya. Jadi dalam sebulan bisa mencapai 60 - 80 unit kendaraan beroda empat.

Apalagi ketika seri mobil murah. Kisaran 90-150 an juta. Namun selepas setelah pandemi yang di negara kita bisa dicatat sejak Maret 2020, pasar mobil macet. Bahkan untuk mobil bekas juga anjlok. Banyak mobil dengan CC besar di atas 2000, lebih parah lagi. Rental mobil tutup. Banyak unit dijual murah. Dan pembelinya sedikit.

Bisnis hotel dan MICE (meeting, incentive, convenion, dan exhibition) bisa dikatakan macet total. Digantikan banyak miting by zoom atau media online lainnya.  

Maret 2021 mendatang, dikabarkan pemerintah akan memberikan insentif keringanan pajak penjualan mobil. Diharapkan akan menstimulasi ekonomi dengan merangsang konsumen berbelanja mobil. Dan ekonomi bergerak. 

GENERASI BERGELOMBANG 

Sebagian orang sebenarnya menduga bahwa ini tidak semata disebabkan pandemi. Namun adanya generasi yang memang kemampuan belinya bergelombang. Generasi X, yang lahir di kisaran tahun 1970-an, sudah mapan dengan ragam kepemilikan; rumah, mobil, sampai sepeda onthel untuk hobi gowes. Semua potensi salary bulanan, sebagian nyanthol  di leasing atau bank. Salary rutin sudah diagunkan.

 Artinya berharap pada generasi yang saat ini berusia di kisaran 48 - 52 an tahun, sangat mustahil. Kalau toh ada, case to case hanya satu dua orang yang mungkin salary meningkat sedikit karena ada promosi jabatan. Dan jumlahnya tidak banyak.

"Generasi yang dominan saat ini justru millenial, dan mulai masuk ke Gen Z, usia di kisaran 30 - 40 an tahun, dan sebagian besar memang masih banyak membelanjakan salary di bidang properti, "ungkap Fahrurrozi, SE, MM, salah satu direktur pengelola dana pensiun di Surabaya dalam diskusi terbatas dengan STIAMAK Barunawati Surabaya belum lama ini (15/2). 

Akibat dari pandemi, banyak perusahaan membuat kebijakan work from home. Sebagian besar juga melakukan efisiensi. 

"Akibatnya uang beredar juga berisiko semakin sedikit, karena skema bonus, insentif kesejahteraan pegawai, tunjangan-tunjangan yang semestinya naik, juga dikendalikan dengan ketat, apalagi kenyataannya ekonomi di luar kantor benar-benar sebagian mandeg, sulit bergerak, "imbuhnya sambil tetap berharap situasi akan membaik. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline