Lihat ke Halaman Asli

Nugroho Endepe

Edukasi literasi tanpa henti. Semoga Allah meridhoi. Bacalah. Tulislah.

Mencari Jin di Malmo (2)

Diperbarui: 11 Februari 2021   10:07

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pistol ditekuk di depa stasiun kereta api Malmo, simbol damai anti kekerasan (Foto: Dokpri)

Kisahku bertemu jin di Yogyakarta, sebenarnya masih belum selesei. Saya akan mengutipkan kliping cerita lama dulu, tentang jin lain, tentang musim panas di Malmo, kota terbesar ke 3 di Swedia setelah  STockholm dan Gothenburg.  Walahh..., bagaikan terlempar weh.... 16 tahun yang lalu.  Musim panas di Malme, atau Malmo, atau Malm, aksen bahasa Skandinavia - Swedish, sebagaimana negara lain punya bahasa sendiri yakni Norwegia, Finnish, Dannish, dan Islandia. 

Seperti yang diketahui, Swedia adalah negara Skandinavia dengan ribuan pulau pesisir dan danau pedalaman, bersama dengan hutan boreal yang luas dan pegunungan glasial. Kota utamanya, ibu kota timur Stockholm dan barat daya Gothenburg dan Malm, semuanya pesisir. Stockholm dibangun di atas 14 pulau. Ini memiliki lebih dari 50 jembatan, serta kota tua abad pertengahan, Gamla Stan, istana kerajaan dan museum seperti Skansen terbuka. Kalau kita masuk ke Malmo, maka akan banyak danau, taman kota, makam yang bisa dilewati dengan leluasa, tidka angker atau jumpalitan susunanya seperti makam di desa-desa kita.

Mencari Jin 

Yang paling menyebalkan di musim panas adalah tumbuh biaknya hewan serangga dan sejenisnya. Tgl 14 juli2005 ini jam 22.40 untuk pertama kalinya aku digigit nyamuk di siku tanganku. Gila, aku perhatikan kakinya belang-belang. Ini artinya nyamuk malaria. Moga-mogasaja tidak membawa benih malaria. Jendela memang aku buka lebar-lebar, karena udara panas gerah. Suhu luar berkisar 30 derajat celcius. 

Menu kebab yang maknyus dengan koran metro Malmo yang tersedia gratis di sudut-sudut kota (Foto: Dokpri) 

Semut-semut juga berjajaran di sudut dapur.Hewan-hewan tropis ini mungkin terbawa terbang dari Indonesia numpang gratis di bekal makananku.

Beberapa hari yang lalu malah lalat hijau terbangmembisingkan telinga di siang hari. Juga serangga mirip belalang kecil, yang kalao di Indoensia disebut Walang sangit karena baunya yang sangit itu. Entah disini.

Entah pula bagaimana mereka menetas di musim panas, setelah dipenjara oleh alam musim dingin yang sering bersuhu minus di Malm. Serba entah, karena situasi agak mengherankan, musim dingin berlalu yang suasana beku, digantikan musim panas yang hampir semua serangga bermunculan di mana-mana. 

Tadi sing di taman sebelah utara Universitas Maritime aku bertiga dengan Arief Jakarta, SInta Solo dan Kumar India mendapatkan kesempatan langka; masuk ke Windmills, yang kalo di Amsterdam adalah Kincir Angin untuk irigasi.


Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline