Lihat ke Halaman Asli

Nugroho Endepe

Edukasi literasi tanpa henti. Semoga Allah meridhoi. Bacalah. Tulislah.

Naik Becak bersama Smart Driver

Diperbarui: 7 Januari 2021   16:56

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tukang becak di Surabaya melintas di kawasan gudang (foto: tribunnews.com) 

Ke Surabaya awal-awal masuk kota ini, tahun 2000 an awal, pernah punya pengalaman menarik. Ya pasti kita temui banyak tukang becak yang dilihat saja tidak seindah di Yogya. Sederhana,  becak di Surabaya rodanya tidak dilindungi slebor berhias bias, namun model memanjang ke belakang tanpa asesoris. 

Coba saja kalau tidak percaya. Ya penumpangnya juga beda, di Yogya kadang ditumpangi bule bule walondo, di Surabaya ya kita-kita yang kecapaian yang naik becak. Pelanggan utama mereka ya emak-emak bakul di pasar.

Nah, suatu ketika saya naik becak dari jln jakarta perak barat Surabaya ke kawasan pelabuhan di Tanjung Perak. Dekat sih, namun telanjur lelah jadi pingin mengistirahatkan kaki.

"Berapa pak ke pelabuhan, "tanyaku. 

"Dua puluh rebu bos...., "jawabnya tanpa senyum sama sekali.

Karena saya naiknya bersama istri, maka saya nawarnya ya agak biasa saja. 

"Lima belas rebu ya..." tawarku. Pak Becak tampak berpikir, dan sekilas melihat istri saya.

"Ya bos... oke ayo...", jawabnya sambil menunggingkan becak agar saya dan istri bisa naik.

Singkat cerita, saya naik dan ketika mau turun saya kasih uang 20 rebu dengan gaya pahlawan saya berkata , "Nih, dua puluh rebu..., 15 ongkosnya, 5 rebu buat tambahan kamu."

Tukang becak membelalakkan mata sambil berkata, "Ini kurang bos... harusnya 30 rebu..."

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline