Lihat ke Halaman Asli

Nugroho Endepe

Edukasi literasi tanpa henti. Semoga Allah meridhoi. Bacalah. Tulislah.

Belajar pada Linggarjati

Diperbarui: 26 Desember 2020   06:41

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gedung Lingarjati yang monumental utuh hingga sekarang (Dokpri) 

Jasmerah, adalah kata tersohor dari Bung Karno. Orang yang awam literasi, pasti menuduh-nuduh dengan kata merahnya, berarti komunis, pki, dan sejenisnya. Berat banget nih menjelaskan ke yang demikian, sebab jasmerah sama sekali tidak merujuk kepada warna merah sebuah jas. Namun singkatan dari kata jangan sekali-kali melupakan sejarah. 

Bung Karno membelajarkan kepada anak bangsa, supaya tidak pernah berhenti belajar melihat sejarah, mengambil butir kebaikan, dan melanjutkan pembangunan rakyat bangsa dan negara.

Apa yang bisa dipelajari dari Linggarjati? Sebuah perjanjian yang akhirnya dilanggar sendiri oleh Belanda, dengan aksi Agresi MIliter I. Demikian halnya dengan Perjanjian Renville, Konferensi Meja Bundar, dan lainnya yang menunjukkan perjuangan pendahulu bangsa dalam kancah diplomatik.

Kisahnya sudah banyak kan, nah saya ingin berkisah-kisah yang ringan-ringan saja.

Pointer naskah perjanjian Linggarjati, 1947 (Dokpri) 

1. Memilih Linggarjati 

Pasti tidak semua orang tahu, bahwa Linggarjati adalah sebuah kota kecil di kawasan Kuningan, Jawa Barat. Sekira 30 menit - 1,5 jam perjalanan mobil dari Cirebon arah selatan agak ke timur sedikit.  Ya bisa lama juga sih kalau macet. Namun ternyata, pemilihan Linggarjati yang jauh dari Jakarta, bisa perjalanan 4 - 5 jam, kecuali yang pintar ngebut, disebabkan lokasi yang sejuk di kaki gunung Ciremai. Hawa sejuk dipilih agar proses perundingan berjalan dingin adem, tidak emosional dan meledak-ledak. Wah... bahaya juga kalau perundingan perdamaian diadakan di tengah terik matahari ya.. Hehe... belum apa-apa kepala bisa panas beneran. 

2. Gedung masih utuh sekarang 

Gedung pertemuan masih utuh dan dijadikan sebagai heritage, atau gedung bersejarah yang dilindungi UU. Konon pada tahun 1970-an, gedung ini sempat berubah menjadi Sekolah, namun keluarga Bung Hatta melobi pemerintah untuk merestorasi gedung sehingga menjadi kembali seperti semula. Jejak-jejak asli masih ada, misalnya dapur yang dulu digunakan, penampungan air yang tersambung langsung dari sumber air Ciremai, ruang pertemuan, ruang tidur, dan sebagainya. 

3. Pengunjung sampai dari Amerika Eropa 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline