Lihat ke Halaman Asli

Nugroho Endepe

Edukasi literasi tanpa henti. Semoga Allah meridhoi. Bacalah. Tulislah.

Pengalaman Pertama Virtual Bike

Diperbarui: 14 November 2020   19:01

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Jalur gowes saya hari ini 14/11/2020 (Dokpri)

Bagi yang sudah terbiasa, olah raga secara fisik langsung, maupun virtual, adalah hal yang biasa. Namun bagi saya, ini pengalaman pertama ikut partisipasi dalam virtual bike, atau kompetisi bersepeda secara virtual. Tidak main-main, jarak yang harus ditempuh adalah sepanjang 280 km. Tentu saja, itu bukan harus ditempuh dalam sekali, sehari, atau seketika. Boleh dilaksanakan kapan saja selama periode lomba.

Nah, tadinya saya kira kalau virtual itu ya hanya untuk lucu-lucuan. Wah, ndeso tenan ya... iya.. hehe... Begitu saya harus unduh aplikasi strava, maka mulai gupuh alias bingung bagaimana menggunakan aplikasi tersebut. Mungkin ada aplikasi lain, namun aplikasi ini yang saat ini populer untuk pelari (runner), biker (pesepeda), dan swimmer (perenang). Aplikasi diunduh, dan dinyalakan mulai dari start kita menempuh awal bersepeda, atau lari, dan nyala terus sampai di finish. 

Jadi, baterei telepeon genggam harus 100% ya... menghindari risiko baterei drop. 

***

Saya ikut kategori sepeda. Dulu sih pernah senang-senang gowes bersama teman-teman di Banjarmasin pada tahun sekitar 2017-2018 an. Namun kali ini, kembali membangkitkan naluri gowes untuk lomba. Target bukan menang, namun ikut mangayubagyo, berpartisipasi saja. 

Padahal, saya baru saja dari luar kota. Ada risiko kondisi menjadi tidak fit. Saya sering mendengar, banyak goweser bablas  nyawanya setelah finish. Ada juga yang wafat di tengah jalan. Termasuk, mendiang dalang Ki Seno yang wafat terkena serangan jantung. Waduh..., bikin nergi juga ya..

Alhamdulillah, saya masih punya hasil medical check up yang barusan dilakukan di bulan Oktober yang menunjukkan jantung dan darah normal. Lantas, saya ada dinas dari Surabaya ke Semarang,  pada tanggal 12 saya posisi di Semarang, tanggal 13 saya donor darah di PMI Yogyakarta. Donor darah juga sudah rutin saya lakukan, ini di Yogya sudah ke-10 kalinya, pernah di Banjarmasin 2 kali, di Bantul sekitar 6 kali. Ditotal ya sekitar 18 kali.

Asumsi saya, setelah donor, darah akan bersih mengalir, sehingga dapat dicegah risiko serangan tekanan darah tinggi. Ini asumsi saya lho.. intinya kalau donor saya dinyatakan sehat, berarti darah saya juga sehat. Risiko serangan mendadak jantung, dapat dikurangi. 

Gembul mania (dokpri)

Nah, alhamdulillah donor lancar, dan bismillah saya rencana gowes tanggal 14 November dengan titik finish di kawasan Ngibikan daerah selatan Bantul yang dekat dengan Sungai Kali Opak. Jaraknya sendiri saya belum menghitung, namun dari arah kawasan Prawirotaman, lewat jalimbar (jalimbar), ke selatan, lurus, dan seterusnya, jalan aspal enak. Saya hitung, enak lah jalannya. Cenderung turun, sehingga onthelan tidak terlalu berat.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline