Lihat ke Halaman Asli

Nugroho Endepe

Edukasi literasi tanpa henti. Semoga Allah meridhoi. Bacalah. Tulislah.

Mengoreksi Sejarah Berdarah, Mungkinkah?

Diperbarui: 22 Oktober 2020   12:19

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sampul buku yang membedah sekilas perjalanan panjang kekuasaan (Dokpri-NDP)

Sejarah milik para penguasa. Itu salah satu adagium yang berkembang pada suatu ketika, suatu kelompok. Bisa saja demikian. Namun bagi kaum literasi, sejarah adalah milik para penulisnya. Bagaimana jika sejarah berdarah, ditulis dengan salah? Atau, sebenarnya perlu direvisi atau dikoreksi duduk perkaranya?

(1) Kisah Haryo Penangsang

Adipati Jipang Panolang. Berpegang teguh pada prinsip. Tegas dan cenderung berangasan. Sebentar, tegas masih relatif netral. Berangasan, adalah nomenklatur atau istilah yang cenderung negatif, agresif, destruktif. 

Namun, demikian orang mengenal sejarahnya. Bertempur dengan Danang Sutowijoyo, di tepian Sungai Bengawan Solo. Gagah perkasa, naik kuda Gagak Rimang, hitam besar tinggi kaki kukuh menapak bumi. Derap langkah menghentak, ringkik kuda terdengar memekik. 

Pintu masuk wilayah Desa Jipang (situs Kerajaan Jipang Panolan / Dokpri-NDP)

Namun takdir berkata lain. Perut robek ditusuk tombak Kyai Pleret, oleh seorang anak muda yang masih ingusan, Danang Sutowijoyo. Haryo Penangsang yang sakti mandraguna, mengalungkan usus ke pinggang, berbalutan dengan keris yang disandangnya, Keris Setan Kober. 

Danang Sutowijoyo dipithing, diruket, disikep, dicekik dengan penuh kekuatan. Merintih Danang minta dilepaskan. Haryo tidak sabar, segera menghubus KerisSetan Kober. 

Lupa bahwa usus yang tertombak Kyai Pleret, masih terbalut di seputar pinggang dan kerisnya. Terburai usus, terkena kerisnya sendiri, Gugurlah Haryo Penangsang di tepi Bengawan Solo. Langit kelap-kelap, guntur menyambar. Telah gugur seorang Ksatria Jipang, ahli waris utama Kerajaan Pajang.

Komplek makam yang diduga adalah Situs Kerajaan Jipang (Dokpri-NDP)

Di seberang Kali Bengawan Solo. Pasukan Ki Ageng Pemanahan, ayah Danang Sutowijoyo, bersorak suka cita atas gugurnya Haryo Penangsang. Telah tewas pemberontak kerajaan Pajang, yakni Haryo Penangsang.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline