Hari ini 1 Muharram 1446 H tiba, ia tak sekadar perayaan pergantian tahun belaka, namun lebih dari itu ia momentum yang bermakna. Peristiwa hijrah Nabi Muhammad SAW dari Makkah ke Madinah yang tak hanya merefleksikan spirit, tapi juga symbol transformasi moral dan spiritual yang membawa pesan mendalam bagi kehidupan umat Islam.
Hijrah mengajarkan kita tentang pentingnya perubahan dan perbaikan diri. Nabi Muhammad SAW dan para sahabat hijrah dari Makkah yang penuh dengan penindasan menuju Madinah yang lebih damai dan memungkinkan perkembangan dakwah Islam. Dalam Al-Qur'an, Allah SWT berfirman:
"Sesungguhnya orang-orang yang beriman, orang-orang yang berhijrah dan berjihad di jalan Allah, mereka itu mengharapkan rahmat Allah. Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (QS. Al-Baqarah: 218).
Ayat ini menegaskan bahwa hijrah adalah bagian dari upaya untuk mendapatkan rahmat Allah SWT melalui iman, hijrah, dan jihad.
Seolah jadi refleksi kita semua melihat kondisi sekitar, bangunan bangsa dan bernegara ini tampak compang-camping. Ntah, karena warisan lama rezim sejak kemerdekaan, orde baru hingga reformasi yang tak kunjung usai. 'Ala kulli hal', masalah demi masalah laten seolah tak kunjung pernah selesai secara jelas dan terarah. Ironinya, banyak pihak yang seolah tak pernah sadar, kendati negeri di ambang kebangkrutan.
Korupsi begitu marak dan merajalela, melihat lembaga negara seperti Kementerian Kominfo, Pertanian dll jadi sapi perah bahkan jadi permainan untuk penguasa, Kolusi, Nepotisme seolah jadi hal yang biasa melayani penguasa. Mereka yang terang benderang salah, tak pernah merasa bersalah, apalagi sampai bertobat nasuha. Kesalahan bahkan ditutupi dengan kebohongan, sehingga melahirkan akumulasi kesalahan demi kesalahan. Sesama pencuri, saling melindungi dan menutupi dengan rasa percaya diri yang sangat tinggi. Opini kemudian dibangun sedemikian rupa lewat media massa dan buzzer sosial media, wajah simulacra sana sini menyihir dunia hingga public jadi lupa.
Salah satu nilai yang diajarkan oleh hijrah adalah kejujuran. Dalam peristiwa hijrah, Rasulullah SAW menunjukkan sikap jujur dan amanah meskipun dalam kondisi yang sangat sulit. Kejujuran merupakan fondasi penting dalam Islam. Nabi Muhammad SAW bersabda:
"Tinggalkanlah apa yang meragukanmu kepada apa yang tidak meragukanmu, karena kejujuran membawa kepada kebaikan dan kebaikan membawa kepada surga, dan seseorang senantiasa berlaku jujur hingga ia dicatat di sisi Allah sebagai seorang yang jujur." (HR. Bukhari dan Muslim).
Namun, dalam realitas umat Islam saat ini, kejujuran sering kali menjadi barang langka. Banyak dari kita yang terjebak dalam praktik ketidakjujuran, baik dalam kehidupan sehari-hari. Korupsi telah menjadi momok yang merusak tatanan sosial, ekonomi, dan moral bangsa kita. Bayangkan, Indeks Persepsi Korupsi (IPK) kita hanya bernilai 34. Stagnan seperti tahun lalu dan kini melorot turun peringkat ke 115 dari 180, negara jauh tertinggal dari negara-negara maju dengan IPK tertinggi seperti Denmark 90, Finlandia 87, New Zealand 85, Norwegia 84, Singapura 83, Swedia dan Swiss masing-masing 82.
Allah SWT berfirman dalam Alquran,
"Dan janganlah kamu memakan harta di antara kamu dengan jalan yang batil dan (janganlah) kamu menyuap dengan harta itu para hakim, dengan maksud agar kamu dapat memakan sebagian harta orang lain itu dengan (jalan berbuat) dosa, padahal kamu mengetahui." (QS. Al-Baqarah: 188).