Lelaki tua itu masih setia menyusuri jalan-jalan di gang sempit di pinggiran kota.
Ditawarkannya jasa untuk memperbaiki sol sepatu yang mungkin terlepas dari tempatnya.
Tapi jaman memang sudah berubah rupanya. Tak ada lagi yang mau menggunakan jasanya.
Kini tak ada yang memperbaiki sol sepatunya. Bahkan ketika sepatu masih baik kondisinya ia sudah tak dipakai oleh pemiliknya.
Kapitalisme dan konsumerisme yang dikembangkan para pemilik modal terus mengeruk laba dengan memanipulasi selera konsumennya. Model bisa berganti hanya dalam sekedip mata. Orang diajak berlomba mengikuti mode paling baru dan mahal harganya. Sepatu bukan lagi alas kaki semata tetapi sudah jadi pertanda gengsi dan martabat pemakainya.
Tinggal kini si lelaki tua tukang sol sepatu yang makin merana hidupnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H