Sang gadis dengan gembira menyambut hujan deras di malam yang gelap gulita.
Dirasakannya setiap tetesan keras air hujan di tubuhnya. Ia merasa air hujan itu membasuh tidak hanya tubuhnya yang kian renta karena sakit tak tersembuhkan tetapi juga hati dan jiwanya yang terluka. Terluka karena pengkhianatan cinta. Telah diserahkannya miliknya yang paling berharga tetapi kekasihnya meninggalkannya.
Sang gadis benar-benar mencintai setiap hujan yang tiba. Sebab itu berarti pembebasan bagi jiwa dan raganya. Tak seperti orang-orang, termasuk para pujangga, yang pura-pura saja mencintai hujan padahal tak dengan sepenuh hatinya. Buktinya ketika hujan tiba mereka memakai payung, jas hujan, atau berteduh di emperan toko di kota.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H