Sang lelaki memutuskan untuk mengubur jam dinding di kamarnya. Detak jam itu keras sekali dan jarumnya terus maju, itulah yang menakutkannya.
Sang lelaki takut karena ia merasa detak jam dan jarumnya seperti mengejar-ngejarnya. Sementara ia merasa hidupnya sia-sia dan belum banyak berguna. Ia menyesal akan masa lalu yang disia-siakannya. Maka ia akan menghentikan waktu agar cukup waktu baginya untuk berbuat baik bagi sesama, Tuhan, dan segala ciptaanNya.
Ketika sudah sekian lama sang lelaki membongkar jam dinding yand dikuburnya. Ia berharap jam itu sudah mati dan waktu akan berhenti selamanya. Ternyata jam itu terus bergerak jarumnya dan detaknya masih keras, sang lelaki tak menyangkanya.
Namun suara hatinya mengatakan tak mengapa. Waktu memang tak bisa dihentikan oeeh siapa saja. Apa yang dikerjakan oleh sang lelaki untuk memperbaiki hidupnya yang mungkin tinggal sebentar saja tetaplah berarti bagi Yang kuasa. Sebab pertobatan sang lelaki lebih punya arti dan bermakna. Lagi pula perbuatan baik itu lebih penting bobot dan isinya dibanding lamanya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H