Lelaki itu menyadari bahwa dalam hidup ini selalu ada kontradiksi.
Contohnya ketika ia berada di keramian pasar malam di kota kecil tempatnya tinggal, ia malah merasa sepi. Tak semua keramaian bisa membunuh rasa sepi. Di era modernisasi, ramainya orang tak lebih gerombolan anonim yang tak kenal satu dengan yang lain sehingga ada jarak tak terselami. Sang lelaki tak butuh banyak keramaian tapi hanya butuh satu orang yang mengerti.
Dari luar sang lelaki tampak tak terluka dan penuh energi. Tapi tak terluka juga belum tentu baik-baik saja dari berbagai sisi. Ia tak terluka tapi ingin dicintai.
Satu orang gadis yang lelaki itu ingin dicintai diharapkannya datang kembali. Sang lelaki sadar akan makna cinta sejati. Cinta sejati itu tidak hanya memaafkan kesalahan tetapi juga melupakan dari dasar paling dalam di hati. Bukan pula tentang mendengarkan apa yang diungkapkan pujaan hati tetapi yang lebihpenting adalah memaklumi dan mengerti. Cinta sejati juga seharusnya tidak tentang bagiamana karena hal kecil melepaskan pujaan hati tetapi bagaimana bertahan meskipun harus sakit hati.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI