Sang lelaki datang kembali ke kota Semarang tanpa sang wanita. Maksudnya ia ingin bernostalgia
Bagi sang lelaki Kota Semarang tanpa sang wanita tak punya makna. Kota itu hanyalah sederet benda-benda yang tak bercerita padahal normalnya tak begitu juga. Tugu Muda yang semestinya bercerita tentang heroisme melawan penjajah tetapi menjadi benda kaku tegak diam saja.
Pun pula dengan bangunan-bangunan bersejarah di kota lama. Bangunan yang seharusnya bercerita banyak tentang penjajahan Belanda tak banyak mengungkap luka. Ia hanya bagai deretan bangunan biasa.
Tak lupa pula ketika sang lelaki mengunjungi Kuil Sam po Kong tempat laksamana Cheng Ho dulu mendaratkan kapalnya. Semestinya gedung dan jangkar kapal banyak bercerita tentang peran sang laksamana di Kota Semarang dalam penyebaran agama. Tapi sekali lagi gedung museum dan jangkar itu tak lebih dari gedung tanpa legenda.
Pun Bandara Ahmad Yani dan Pelabuhan Tanjung Mas, tanpa sang wanita, bagi sang lelaki hanyalah terminal pesawat dan kapal yang tak istimewa.
Bagi sang lelaki kehadiran sang wanita yang kini sudah tiada memberikan makna pada setiap benda dan peristiwa. Sang wanita bisa membuat batu jadi mutiara. Sengsara jadi bahagia.Itulah cinta yang sempurna, yang sayangnya kini tiada.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H