Pada malam yang sunyi lelaki itu merenung sendiri di kamarnya.
Entah mengapa cerita masa lalu menghantuinya.
Tiba-tiba ia ingin memutar kembali memori masa lalunya.
Yang paling gampang adalah memutar jarum jam secara terbalik arahnya. Tetapi itu tak bisa dilakukannya. Jarum jam kan memang tak bisa berbalik berputarnya.
Lalu diambilnya kaset-kaset tua di rak yang sudah berdebu karena sudah terlalu lama dionggokkan di sana. Tapi ternyata kaset-kaset itu juga sudah rusak tak berguna.
Diambilnya catatan-catatan diarynya dari masa SMA dan sebelumnya. Ternyata juga sudah luntur tintanya. Rumahnya yang bocor di sini dan di sana adalah penyebabnya. Air hujan memusnahkan tulisan di buku catatan hariannya.
Dalam kebingungannya sang lelaki menemukan pencerahan tiba-tiba. Dari berbagai peristiwa rusaknya benda dan memori masa lalu yang sudah rusak ada pesan yang harus dicermatinya. Ia seolah diingatkan bahwa percuma memanggil kembali masa lalu yang sudah tiada. Tidak ada ceritanya masa lalu bisa kembali tiba. JUga terhadap para gadis mantannya. Mereka bukan pahlawan yang pantas dikenang seumur hidupnya.
Sang lelaki lalu membakar seluruh benda yang megingatkannya akan masa lalu yang memang sudah rusak tak berguna. Ia bangkit dan berdoa dan menatap masa depan dengan penuh harapan sekalipun itu butuh kerja kerasnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H