Musim kemarau tiba.
Ia memberi gambaran muram tentang semesta
Air yang biasa mengalir dan berlimpah jadi langka. Ia bak permata yang sangat berharga.
Pohon-pohonpun menggugurkan daunnya. Habis bagaimana lagi jika tidak, justru seluruh raganya yang akan pergi ke alam baka.
Sawah retak tanahnya. Sungai hanya tampak batu-batunya. Ternak-ternak harus menyesuaikan diri agar bisa hidup dengan sedikit air penawar dahaga.
Lalu manusia saling bertanya. Mengapa kini kemarau begitu panjang dan menyiksa. Ada apa sebenarnya?
Ternyata mereka tak menyadari dosa-dosanya. Bumi bukan lagi dijadikan sahabat tetapi dijadikan budak belian yang melayani keserakahannya. Hutan-hutan ditebangi semaunya. Lahan-lahan tangkapan air nan hijau sudah jadi beton kota. Lalu kalau sekarang mereka bertanya tentang sengsaranya kemarau yang tiba, tidakkah itu sebenarnya bertanya tentang karma?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H