Sejak corona menyerbu ada banyak anak yatim piatu.
Meski banyak teman tapi tak juga itu bisa memupus derita yang menyayat bagai tusukan sembilu.
Mereka tak punya lagi ibu tempat bercerita tentang segala suka, duka, atau rasa lain yang menusuk kalbu.
Juga tak ada lagi sosok ayah yang dirindukan pulang membawa oleh-oleh atau uang untuk jajan seminggu.
Di usia belianya mereka berjuang mempertahankan hidup. Di langit-langit yang berwarna biru mereka hanya bisa terpaku dan mengadu.
Hanya kalau bisa berseru mereka akan berkata: tolong jangan lagi ada yang menganggap corona sudah berlalu. Tetaplah- meski tak enak- berpegang pada aturan protokol kesehatan yang memang kaku. Janganlah anak-anak lain menjadi seperti mereka yang tak berayah tak beribu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H