Negara maju konon adalah negara yang menghargai penduduknya tuk berpikir merdeka. Di bandara Arlanda Stockholm Swedia negara tempat markas penerimaan Hadiah Nobel ada Billboard yang menegaskan hal berpikir merdeka. Ada Billboard bertuliskan "welcome Students and Reserachers", ya selamat datang para pelajar dan peneliti dan bukan iklan produk-produk ternama.
Sesungguhnya kemerdekaan Indonesia di samping direbut dengan senjata, juga direbut dengan kemerdekaan berpikir dalam bobot yang sama. Konsep proklamasi kemerdekaan dan UUD 1945 dihasilkan secara briliyan dari hasil berpikir merdeka.
Ketika para bapak bangsa seperti Soekarno dan Hatta serta banyak yang lainnya mendekam di penjara, badan mereka memang terkurung dan tidak bisa ke mana-mana. Namun jiwa dan pikiran mereka merdeka. Membaca apa saja dan bebas menuliskan apa saja.
Kini setelah 76 tahun merdeka sudah ada kebijakan untuk berpikir merdeka. Anggaran pendidikan jadi kewajiban di tingkat pusat dan daearah dalam belanjanya. Ada program merdeka belajar supaya anak didik tidak terkungkung pada suatu wahana. Yang menjadi masalah apakah dalam pelaksanaan sudah sesuai dengan arah kebijakannya?
Di tengah pandemi corona, di mana badan tak leluasa, mungkin kita semua harus meniru para bapak bangsa. Kita harus membebaskan pikiran dan hati kita untuk merdeka. Siapa tahu dari hasil berpikir merdeka akan ditemukan obat untuk membasmi corona.
Dirgahayu Republik Indonesia
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H