Jika bisa, lelaki itu hendak menahan bulan Ramadhan. Bulan penuh berkat yang mengajarinya lebih sabar, lebih peduli pada sesama khususnya yang tak punya, dan lebih khusyuk dalam berdoa. Ia merasa belum lolos dari ujian Ramadhan.
Terlebih juga kalau Ramadhan ini perlahan akan berakhir, ia berharap-harap cemas apakah nanti di Lebaran yang sebentar lagi tiba pintu maaf dibukakan oleh kekasihnya.
Kekasihnya itu memutuskan hubungan tepat saat bulan Ramadhan tiba. Bukan kesalahan sang gadis, tetapi karena kesalahan sang lelaki semata. Ia ingin menang sendiri dalam kata dan tindakan .Hal itu telah menghujamkan pisau tajam di hati sang gadis. Hati gadis yang terluka dalam menghasilkan keputusan sang gadis memutuskan jembatan kasih sayang mereka berdua yang akan digunakan untuk meniti bersama ke gerbang pernikahan di masa depan.
Kini secara perlaahan tapi pasti Ramadhan akan berakhir dan Lebaran segera tiba. Sang lelaki, sekali lagi, tak ingin Ramadhan berakhir karena ia belum lolos ujian dan ia sebenarnya tak ingin juga menerima keputusan yang menyakitkan dari kekasihnya saat lebaran tiba yaitu ditutupnya pintu maaf baginya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H