Keluhuran budi para bidan terpampang nyata.
Di setiap pelosok nusantara tercinta mereka berkarya.
Penghargaan dan apresiasi patut diberikan bagi mereka yang berkarya di daerah terpencil sekali. Serba sulit. Sulit air. Sulit listrik. Apalagi sinyal internet, jangan ditanya lagi. Tapi mereka tetap bertahan demi kemanusiaan.
Sering mereka harus berjalan melewati jalan rusak di pedalaman. Sering pula harus meenyeberang ke pulau dengan sampan kecil yang sederhana. Sering pula terpaksa menggunakan obat kadaluwarsa daripada si pasien tak tertangani sama sekali.
Belum lagi tantangan lain juga harus dihadapi. Menghadapi tahyul. Menghadapi dukun yang merasa tersaingi.
Sentuhan keramahan dan kemanusiaan para bidan seringkali banyak orang yang lebih nyaman dilayani bidan daripada dokter.
Mungkin kesejahteraan mereka belum seperti diharapkan. Ke depan itulah yang perlu dipikirkan karena mereka tetap sangat dibutuhkan.
(Puisi menyambut Hari Bidan Sedunia 5 Mei 2021)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H