Dalam wawancara dengan majalah Balairung, engkau berkata: sekarang ini kita cenderung melihat keebenaran itu hitam-putih. Tetapi kebenaran dalam sastra sebenarnya kaya warna.
Di bagian lain wawancara, engkau juga berkata: fungsi sastra adalah memperkaya kehidupan.. Menyeimbangkan antara seni dan pendidikan sangatlah penting. Pendidikan kita cenderung mencetak Habibie-Habibie. Apa masalahnya? Kata si penanya. Engkau menjawab: ya lihatlah Habibie. Ia tak dipersiapkan jadi pemimpin yang seimbang antara intelektual dan seni sehingga gagal. Lalu engkau menyebut Gus Dur sebagai pemimpin ideal yang seimbang jiwa seni dan intelektualnya.
Tak heran jika sastrawan dan penyair cuman dipandang sebelah mata. Mereka dipandang sebagai orang yang kadang aneh dan tak mudah dimengerti.
Kini engkau sudah beristirahat damai di sisi sang penciptaMU karena Covid19 yang memang ganas dan tak pandang bulu. Semoga cita dan harapan serta idemu soal seimbangnya intelektualisme dan seni khususnya sastra didengar penguasa.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H