Perempuan itu setia menanti dan mendoakan suaminya yang meninggalkannya karena bersama wanita lainnya.
Bersama gadis kecil putrinya setiap malam dalam doanya perempuan itu selalu berharap lelakinya pulang dan jika itu terjadi ia akan memaafkannya.
Sang gadis kecil selalu bertanya: Ibu untuk apakah mengharapkan ayah pulang? Untuk apa jika ia pulang kita harus mengampuninya?
Si Ibu selalu menjawab: Tuhan sendiri maha pengampun. Maka kita pun harus maha pengampun sebagai citraNya. Mengampuni tak hanya baik bagi yang bersalah tetapi juga bagi kita karena menghilangkan beban hati dan jiwa.
Waktu berlalu dengan cepat. Si gadis kecil sudah dewasa. Ia menikah dan mempunyai seorang putera.
Tiba-tiba ada panggilan telpon masuk ke rumah mereka. Ternyata dari sang lelaki, ia sakit keras dan ingin pulang ke rumah. Sang gadis sangat marah dan ingin membanting telponnya. Tapi sang ibu mencegahnya dan menyilahkan sang lelaki pulang serta memaafkannya.
Sang ibu berkata pada puterinya: Telah bertahun-tahun kita berdoa agar ayahmu pulang. Kini doa kita sudah dikabulkan. Mengapa engkau malah marah?
Lalu pulanglah sang lelaki dengan sakit yang sudah parah. Tak lama sesudahnya ia meinggal dunia dengan damai.
Sang ibu adalah malaikat tanpa sayap di dunia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H