Lelaki itu duduk termenung di tepi danau. Melepas lelah dari perjalanan jauh untuk pulang ke desa ke tanah ibu.
Danau itu masih seperti yang dulu. Di tepinya ada pohon Gaharu. Dulu itu tempat bertemu dengan kekasih untuk saling melepas rindu. Langit terasa berwarna biru dan burung-burungpun bernyanyi merdu.
Tapi itu dulu. Gadis itu ternyata berlalu. Ia singgah di hati sang lelaki bagai pelangi setelah hujan reda tetapi begitu saja berlalu. Ia hanya meninggalkan tanda tanya, bukan tanda seru.
Kini di tepi danau dan di bawah pohon Gaharu itu sang lelaki menanti apakah ada kupu-kupu yang mungkin menyampaikaan pesan rindu sang gadis kepadanya yang tengah merasakan hati yang pilu.
Tapi sampai senja datang dan malam meenjelang tak didapatinya tanda itu. Lalu diputuskannya pulang ke rumahnya dulu. Esok ia mengunjungi pusara sang ibu untuk menumpahkan risau dan meminta restu. Lalu ia akan berangkat lagi ke kota tempat ia mencari hidup. Lebih baik seperti itu, hidup harus terus melaju. Tak boleh ragu meski hatinya masih terasa ngilu
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H