Lihat ke Halaman Asli

Dr. Nugroho SBM MSi

Saya suka menulis apa saja

Kisah Radio Transistor Tua

Diperbarui: 19 Februari 2021   22:07

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Radio transistor tua (sumber gambar: bukalapak.com)

Dengan berat hati, lelaki tua itu menjual radio transistor tua yang selama ini menemaninya.

Dulu radio itu selalu ia gunakan sebagai penganatar tidur ketika mendengarkan Nyi Tjondro Lukito mendendangkan syair Kutut Manggung dengan iringan gending yang mengalun merdu.

Kadang ia juga mendengarkan dalang Ki Timbul Hadiprayitno melakonkan kisah-kisah Baratayuda yang tragis. Ditemani segelas kopi hitam pahit, di tengah hujan di malam hari.

Tapi kini sudah jarang bahkan tak ada lagi statsiun radio yang masih menayangkan gending-gending jawa atau menyiarkan wayang purwa. Isi siarannya tak lebih dari hamburan kata-kata dan celoteh anak muda tanpa makna. Ataupun lagu berisik yang syairnya cuman satu kata yang diulang-ulang.

Radio transistor tua  itu dijual sang lelaki beserta segala kenangan yang menyertainya. Jaman memang tak bisa dikekang untuk jalan di tempat. Semakin lama larinya semakin cepat. Dan lelaki tua itu merasa semakin lama semakin tertinggal langkahnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H



BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline