Pemilu Presiden dan Legislatif babak pencoblosan ternyata berlangsung aman dan tak ada gejolak yang berarti. Ini menandakan bahwa masyarakat Indonesia makin dewasa berpolitik.
Apa yang digambarkan dalam perang di dunia medsos yang seolah-olah akan terjadi perang besar tidak terjadi. Selamat untuk semua dari kita: masyarakat, polri, ABRI, KPU, Bawaslu, dan lain-lain.
Berdasarkan hasil hitung cepat (Quick Count) pasangan nomer urut 01 yaitu Jokowi-Maaruf memenangkan pemilu presiden. Biasanya nantinya hasil hitung nyata (Real Count) tidak jauh berbeda dengan hitung cepat (Quick Count).
Pasar ternyata menyambut baik hasil ini. Indikatornya salah satunya nilai tukar rupiah terhadap dolar AS. Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS sebelum pencoblosan Rp 14.080 per dolar AS. Ketika hasil hitung cepat diumumkan maka rupiah malam harinya menguat menjadi Rp 13.985 per dolar AS.
Mengapa pasar menyambut baik kemenangan Jokowi-Maaruf? Pertama, karena pasar tidak suka perubahan yang mencolok dan juga ketidakstabilan.
Terpilihnya Jokowi-Maaruf dianggap menjaga kepastian. Tentang ketidakstabilan ekonomi juga dianggap akan terjaga kembali. Selama ini ekonomi stabil yang ditunjukkan dengan inflasi yang stabil dan rendah.
Kedua, Jokowi-Maaruf dianggap bisa meneruskan kebijakan dan program ekonomi yang sudah benar arahnya dan msudah mulai bisa dinikmati hasilnya.
Pembangunan infrastruktur yang terus dilakukan, pemberantasan ekonomi biaya tinggi yang memebebani dunia usaha dengan pemberantasan korupsi, deregulasi dan debirokratisasi yang terus dilakukan merupakan contoh nyata hasil yang sudah dinikmati dunia usaha.
Kini saatnya masyarakat yang berbeda pilihan untuk bersatu kembali. Dengan demikian dunia usaha dan ekonomi akan berjalan normal kembali.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H