Lihat ke Halaman Asli

Perjuangan untuk Menolak Lupa

Diperbarui: 24 Juni 2015   00:50

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dimuat di Majalah Nuntius, edisi Maret 2014

Judul: Menolak Lupa

Penulis: Faidi A Luto

Penerbit: Palapa

Cetakan: I/2013

Tebal: 152 halaman

ISBN: 978-602-7968-00-4

Menolak Lupa memuat sederet tragedi kemanusiaan yang terjadi di bumi Nusantara tercinta. Mulai dari tragedi Trisakti, penculikan penyair cadel Wiji Thukul, terbunuhnya aktivis prodem Munir, hingga kasus kekerasan di pedalaman Papua.

Penulis memaknai sederet insiden berdarah tersebut sebagai potret buram perjalanan republik. Ironisnya, praktik kekerasan terus menghantui hingga kini. Padahal penghilangan paksa jelas sebuah preseden buruk. Sebab aparat sebagai perpanjangan tangan negara diduga terlibat dalam sejumlah pelanggaran HAM (Hak Asasi Manusia) tersebut.

Terkait insiden penembakan misalnya, masih lekat dalam ingatan kolektif kita nama Elang Mulia Lesmana, Hafidin Royan, Heri Hartanto, dan Hendriawan Sie. Tunas-tunas muda tersebut meregang nyawa di Universitas Trisakti pada 12 Mei 1998 silam. Mereka menghembuskan nafas terakhir pascakepala dan dadanya tertembus peluru tajam (hlm 19). Puluhan tahun penembakan brutal terhadap aksi mahasiswa itu telah berlalu. Tapi begitu banyak misteri menyelimuti. Siapa yang bertanggung jawab? Tak jelas dan dibiarkan tetap abu-abu.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline