Lihat ke Halaman Asli

Adik Tersayang

Diperbarui: 17 Juni 2015   21:27

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1413011287602670298

Dimuat di Majalah Utusan edisi Oktober 2014

Tidak seperti biasanya, pagi itu Tiwi datang ke sekolah dengan wajah cemberut. Tidak ada senyum sama sekali. Santi yang duduk di sebelahnya sampai bingung. Mau menegur, ia takut Tiwi sedang tidak ingin ditegur. Mau mendiamkan, hmmm… kok sepertinya tidak enak diam-diaman terus.

“Kamu bawa bekal apa hari ini Wi?” tanya Santi ketika bel tanda istirahat berbunyi.

“Aku tidak bawa bekal, San. Adi tadi pagi rewel. Jadi, ibu tidak sempat menyiapkan bekal untukku,” jelas Tiwi dengan nada kesal.

Adi itu adik Tiwi. Tampangnya lucu dan imut-imut sekali. Usianya baru tiga tahun. Santi suka sekali menggendong Adi bila bermain ke rumah Tiwi.

"Apa Adi sakit, Wi?" tanya Santi lirih.

Tiwi mengangguk. “Iya, Adi demam.”

“Oh, pantas sejak tadi kamu murung. Yuk aku temani kamu ke kantin,” ajak Santi.

Sambil berjalan bersisian, mereka melangkah menuju ke kantin yang terletak di pojok sekolah.

“Aku sebel. Kalau sedang sakit, Adi pasti rewel. Ibu jadi tidak lagi memperhatikan aku,” keluh Tiwi.

“Kamu sih enak, San. Tidak punya adik, tidak punya kakak jadi selalu diperhatikan oleh mama dan papamu."

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline