RSI BANJARNEGARA - Haduh saya kudisan dokter, bagaimana ini?
Dokter RSI Banjarnegara dr Titik Kusumawinakhyu M Biomed mengatakan, kudis atau kudisan atau gudikan sering menjadi masalah tersendiri, biasanya sifatnya kronis.
Penyakit yang disebabkan gigitan kutu atau tungau bernama Sarcoptes scabiei var Hominis ini dapat menyebabkan keparahan yang luar biasa. Penyakit ini digolongkan pada penyakit yang dapat ditularkan dari hewan ke manusia atau disebut zoonosis. Penularannya melalui kontak langsung dengan penderita.
"Kebersihan pribadi menjadi kunci utama agar kudis tidak meluas penularannya. Jenis parasite ini akan menetap di lapisan kulit tepatnya di epidermis dan dermis," ujarnya.
ia menambahkan, gigitan dari Sarcoptes scabiei var Hominis menyebabkan rasa gatal, dan di kulit akan terbentuk nodul erimatosa. Lokasi penyebaranya bisa di antara sela jari, lipatan ketiak dan lipatan paha atau selangkangan.
"Sebanyak 300 juta orang di negara berkembang teridentifikasi terinfeksi scabies setiap tahunnya," ujarnya.
Tungau betina dewasa menggali terowongan liang sepanjang 1 hingga 10 milimeter di dalam lapisan superfisial epidermis dan bertelur 2 hingga 3 butir setiap hari. Tungau mati 30 sampai 60 hari kemudian, dan telur menetas setelah kira-kira 2 sampai 3 minggu.
Kelainan kulit yang muncul setelah 2 sampai 5 minggu adalah terowongan dalam kulit, dan menimbulkan munculnya papul. Rasa gatal muncul karena tubuh memberikan respon dengan keluarnya mediator kimia tubuh yang disebut histamine.
Gatal ini akan terasa sangat meningkat ketika malam hari, akibatnya penderita mengalami gangguan tidur yang akan berakibat pada semakin menurunnya daya tahan tubuh.
Langkah terbaik untuk penyakit ni adalah pengobatan bersama-sama apabila dalam satu lingkungan keluarga ataupun asrama terkena kudisan atau gudik.
Periksakan segera ke dokter atau datang ke rumah sakit, apabila terdapat tanda dan gejala scabies. (*)