Lihat ke Halaman Asli

Nugraha Wasistha

Penulis lepas

Kasih Tiada Batas

Diperbarui: 17 November 2021   08:13

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gambar diolah dari unsplash.com

Fajar. Matahari menerangi sebuah kota yang mati. Gedung-gedung pencakar langit hampa dan kosong. Hanya menjadi nisan-nisan raksasa dari peradaban yang musnah. 

Di bawahnya, mayat-mayat hidup yang dikenal sebagai zombie meluap memenuhi jalanan. Mereka berusaha menghentikan sebuah mobil van yang melaju kencang. Kendaraan tersebut menerjang kerumunan, berbelok, lalu nyelonong masuk ke satu gedung bertingkat. 

Sebelum para pengejarnya sempat menyusul, terjadi ledakan hebat yang menimbulkan kebakaran di seluruh lantai dasar.

Beberapa saat kemudian, dua sosok perempuan terlihat muncul di atap gedung tersebut. Keduanya sama-sama menyandang senapan serbu. Mereka adalah Sarah, seorang perempuan setengah baya yang masih tangguh, dan Kartini, putrinya yang sudah jadi remaja gagah nan jangkung. "Aku selalu lupa kakiku sudah terlalu tua untuk mendaki tangga setinggi itu," ujar Sarah sambil terduduk lemas dan terengah-engah.

"Kakimu masih oke kok, Ma," sahut Kartini. "Aku lebih khawatir soal apa yang ada di kepalamu. Jika napalm yang kita ledakkan di bawah tadi terlalu cepat padam, teman-teman kita yang kelaparan itu akan segera menyusul ke sini. Tapi kalau menyala terlalu lama, bisa-bisa kita terpanggang hidup-hidup. Jadi kuharap ada alasan yang sangat bagus kenapa kita minggat dari bunker hanya untuk menjebak diri-sendiri seperti ini."

"Kuharap yang di sana itu alasan yang yang cukup bagus," Sarah menunjuk ke satu sudut atap gedung tersebut. Sebentang lebar terpal hitam menutupi sesuatu yang besar. Penasaran, Kartini menghampiri dan menarik terpal itu sampai tersingkap. 

Gadis itu terperangah melihat apa yang ada di baliknya. Sebuah gyrocopter, persilangan antara helikopter dan pesawat ringan. "Aku menemukannya dalam sebuah hangar di perbatasan. Sudah kucoba menerbangkannya, dan ternyata mesin dan fuselage-nya masih layak. Jadi....selamat ulang tahun, Kartini!"

Kartini menatap ibunya lurus-lurus, "Kan ulang tahunku masih minggu depan, Ma!" 

Sarah tersenyum seraya menganggukkan kepala, "Aku tahu. Masalahnya saat itu aku sudah tidak bersamamu." 

Kartini tentu saja kaget, "Apa? Kenapa..." gadis itu tidak meneruskan pertanyaannya. Dia kembali memperhatikan gyrocopter, mengamatinya dengan teliti....dan dia pun tahu jawabnya. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline