Lihat ke Halaman Asli

Untukku dan Untukmu, Pelaku Korupsi

Diperbarui: 3 November 2019   16:14

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pemerintahan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Sebuah negara yang berlandaskan dengan ideology Pancasila makin terpuruk kondisinyaketika saham dibentuk oleh kaum elit di dunia Pemerintahan. Beragam bahasa kebohongan pada publikdilakukan untuk menutupi kasus korupsi dalam Negara Indonesia ini. Bagaimana tidak, Hutang negarapun malah ingin dinaikkan dengan alas an ingin mengembangkan Negara ini menjadi Negara yang makmur, adil, dan bujaksana serta mensejahterakan rakyatnya. Namun konteksnya berbeda lagi jikalautelah masuk pada sebuah system pemerintahan yaitu system kekuasaan yang mementingkan keegoisannya dengan cara mengambil atau menggelapkan dana yang terkait dengan banyak macam hal dan kasus di Negara kostitusi ini. 

Korupsi oh korupsi lagi. Di Negara ini apa sudah tidakmuak dengan kata korupsi? Apakah hokum korupsi belum ada? Ataukah mereka yang melakukan korupsi belum ada rasa takut akan amanahnya dalam system pemerintahan? Ataukah Negara ini yang terlalu santai menerima apa adanya yang dilakukan oleh pihak-pihak kalangan elit di system pemerintahan Indonesia ini? Ataukah kurangnya tindakandalam pengawasan keuangan Negara? Atau mungkin bisasaja dari kita yang terlalu sering di tidurkan bahwa Negara ini baik baiksaja dalam kondisi keuangannya?

Marilah kita berfikir sejenak didalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Coaba kita ulas lagi ekonomi pertumbuhanpenduduk Negara kita. Mari kita renungkan sejenak dalampemikirandan meresapi melalui hati nurani dan dengan menerjemahkan dalam akal sehat kita pribadi masing-masing. Sudahkah Negara ini bergotong toyong dalam pembangunan ekonomi di Negara ini? Atau mungkin pelakukorupsi bias dari diri kita yangsering berbohong pada orang tua tentang membeli alat tulis atau buku. Mungkin saja sebuah bibit kecil ini menjadi sebuah buah dimasa yang akan datang. Salahkah jikalau kita bertindak untuk menghapuskan sebuah korupsi kecil dari dalam diri kita sendiri, mungkin dengan ini menyadarkan diri kita yang sering berkorupsi hal kecil dari dalam diri kita.

Kembaliketopik pembahasantentang korupsi,korupsi terlahir karena keinginankaumelit kapitalis untukmendapatkan sebuah hasilyang lebih banyak, memang sekalanya awal mulanya sedikit, coba kita lakukan halyang sedikit itu setiap hari, pasti akan banyak. Begitulah cara orang orang korupsi,dimulai dari kesadaran dirinya tentang amanah, akan tetapi sebuah korupsi masih didukung dengan adanya iming-iming dari pihak lain (syaithon) yang menjanjikan "ini kan cuma sekali, gak apa apa lah, lagiangak ada yang tahu,ini kan Cuma aku aja yang ngelakuin penggelapan dana ". Besoknya lagi dia mencoba lagi tentang hal itu sampai terus-menerus hingga akhirnya dia pun terjerumus sampai membuat hutang Negara dalam skala besar, dan tidak tanggung-tanggung skala korupsi itu 500 Milyar -- Triliyunan. 

Bagaimana Indonesia bisa memajukan kesejahteraan rakyatnya kalau seperti ini, malahan yang hidup dari daerah pinggiran (Perbatasan) biasanya mereka kekurangan dalam program pendidikandan sebuah studi keilmuan, daerah pesisir pantai, perbatasan wilayah kabupaten atau kota masih kurang pemberdayaan ekonominya, berarti pihak pemerintah juga kanyang harus turn tangan dalam masalah ekonomi di masyarakat perbatasan, pegunungan, dan pesisir dekat daerah pantai.

Masa pelaku korupsi masih gak punya malu sama hewan? Kucing saja punya adab kok kalau butuh dan mau, masa pejabat pemerintahan kalah sama kucing. Masa yaharus di samakan dengan hewan gitu? Hewan kan punya otak namun tidak punya akal sehat seperti manusia. Berharap aja pada system individalisme perorangannya tidakmelakukan banyak penyelewengan tentang keuangan Negara. Kalau begini terus, Hutang-hutang Indonesia malah menambah, masih mau menambah hutang Negara?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline