Lihat ke Halaman Asli

Pengaruh Emosi Pendidik Pada Afeksi Murid

Diperbarui: 3 Februari 2023   00:30

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

sumber: https://www.pexels.com/id-id/foto/pria-dalam-jas-coklat-berdiri-dekat-papan-kapur-5212320/

    

                   

Banyak dari kita terlanjur memaknai emosi hanya dengan arti marah atau sejenisnya (condong pada hal negatif saja). Yang padahal pada dasarnya, ilmu psikologi telah merumuskan banyaknya teori khusus (emosi) untuk lebih  difahami dengan menilik beberapa kasus yang berceceran disekitar.  Mulai dari yang bisa kita lihat terkait interaksi intens seorang guru dan murid.  Yang dimana secara langsung, keduanya melontarkan emosi yang berbeda-beda disetiap tindakan dan berbeda-beda pula disetiap harinya dalam satu tempat dan lingkungan yang sama.

Dalam artikel ini, bukan berbicara tidak condong atau lebih condong pada ranah psikologi daripada ilmu pendidikan (llmu mengajar). Tapi lebih pada pengenalan fungsi dari cabang ilmu psikologi terapan itu sendiri. Kita bisa menyebutnya dengan istilah; Psikologi Pendidikan. 

Sebab walau semata-mata tindakan manusia bukan hanya dipengaruhi oleh emosi , namun kata emosi disinilah yang dapat menjadi factor utama dalam menentukan sikap kognitif seseorang. Yap. Tentunya; seorang Guru.

Emosi sendiri adalah perasaan/reaksi intens pada sesuatu/seseorang. Sepertihalnya ketika kita takut akan sesuatu sepertihalnya ketakutan seorang murid dan perasaan marah kepada seseorang seperti tindakan marahnya guru pada muridnya.

Maka disinilah yang perlu kita garisbawahi. Jadi latarbelakang faktor guru dan siswa yang bagaimana di kelas/sekolah kita? Apakah terlalu dimenangkan oleh faktor emosi dan mengalahkan misi pendidikan atau sebaliknya?

Tulisan ini lebih mengambil tim afirmasi jika ada perdebatan dengan tema "Masa depan seorang murid dipengaruhi oleh siapa pendidiknya". Karena bagaimanapun, pentingnya penerapan psikologis dalam mendidik anak adalah hal utama yang sebaiknya diperhatikan.

Sejalan dengan teori Widiyanto (2001) yang menemukan bahwa stabilitas emosi guru/pendidik memengaruhi tindakannya dikelas. Sebagaimana guru yang emosinya tidak stabil, maka siswalah yang akan jadi korban dari ketidakstabilan tersebut.Terlebih pada siswa yang baginya sangat merugikan dirinya dan lingkungan (kelas)nya. Apa lagi jika bukan karena faktor negatif yang dianggapnya siswa bodoh maupun sikap nakalnya yang cukup merusak nama baik. Berakhir membela dirinya, mengatasnamakan keharusan tugasnya (Baik seorang guru/orangtua) dalam mendidik walau baginya hanya dengan kekerasan fisik maupun mental yang dibalik semua itu sudah dipastikan akan berakibat fatal. Dan tentunya  disisi lain, ialah guru/pendidik yang stabil emosinya akan cenderung bertindak penuh bimbingan dalam menindaklanjuti metode pembelajarannya.  Tidak pandang bulu, tidak pandang dadu.

Banyak karya-karya yang bisa kita ambil sebagai gambaran kasus-kasus tersebut. Salahsatunya ialah film tare zameen par . Karya film Hindi pada 2007 yang dikemas apik dalam memperkenalkan bagaimana pentingnya perkembangan anak. Yang mendidik (anak)nya saja selain dengan kesabaran yang besar harus dengan ilmu-ilmu khusus baik dalam sudut pandang orangtua, maupun guru.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline