Lihat ke Halaman Asli

Nuarsada Yustanika

Universitas Negeri Surabaya

Analisis Gaya Kepemimpinan Anies Baswedan Saat Masa Krisis COVID-19 di Jakarta

Diperbarui: 18 Mei 2024   08:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Anies Baswedan adalah salah satu Gubernur DKI Jakarta yang menjabat pada tahun 2017-2022. Beliau adalah seorang aktivis dan politisi Indonesia. Anies Baswedan lahir di Kuningan, Jawa Barat pada 7 Mei 1969. Anies melakukan pengabdian di dunia pendidikan melalui Gerakan Indonesia Mengajar yang ia dirikan pada tahun 2010. Program ini didirikan dengan tujuan mengirimkan pemuda-pemudi yang hebat untuk mengajar di pulau terpencil. Anies pernah menjabat menjadi seorang rektor di Universitas Paramadina pada usia 38 tahun. Saat menjabat menjadi rektor, Anies Baswedan menggagas beberapa inisiatif untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia. Puncak karier Anies Baswedan terjadi saat tahun 2014, dimana beliau diangkat menjadi Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) dalam kabinet kerja 2014-2019.

Selain di dunia pendidikan, beliau juga berhasil mendapatkan banyak penghargaan dan mengikuti banyak konferensi di luar negeri. Berikut adalah beberapa penghargaan yang pernah diraih oleh Anies Baswedan yaitu, beliau termasuk ke dalam jajaran pahlawan transportasi dunia 2021 atau disebut 21 heroes 2021 dan berhasil membuat platform layanan digital Jakarta Smart City (JAKI) dimana program JAKI ini mendapatkan penghargaan sebagai “best in future of digital innovation” dalam ajang IDC Future Enterprise Awards 2021.

Beliau merupakan sosok yang cerdas dan penuh dengan ide yang cemerlang untuk memimpin Ibu Kota Jakarta. Namun, dibalik kecerdasan dan kehebatan beliau saat memimpin DKI Jakarta, beliau juga masih mendapatkan banyak kritikan dari masyarakat. Pasalnya, Anies sering membuat kebijakan kontroversial yang membuat perdebatan umum berkepanjangan.  

Selama Anies Baswedan menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta, beliau menghadapi permasalahan kesehatan salah satunya adalah COVID-19, dimana masalah tersebut membuat Anies mengeluarkan kebijakan-kebijakan untuk mengatasi permasalahan yang terjadi saat itu khususnya di Ibu Kota Jakarta.

Pada akhir tahun 2019, dunia mendapatkan permasalahan baru dimana masalah tersebut berawal dari Negara China tepatnya di Kota Wuhan. Permasalahan ini tidak hanya terjadi di China saja, tetapi juga menyebar secara cepat ke negara-negara lain. Permasalahan yang dihadapi kali ini berupa virus yang menyerang pernafasan dan virus ini disebut sebagai Covid 19. Penyakit Covid 19 ini memberikan gejala seperti penyakit pada umumnya, sehingga sulit untuk mengidentifikasi dan membedakan apakah terkena virus Covid 19 atau hanya penyakit biasa.

Beberapa gejala yang dapat dirasakan biasanya timbul secara bertahap, sehingga awal terinfeksi tidak menunjukkan gejala yang signifikan. Gejala COVID-19 yang paling umum adalah demam, rasa lelah, dan batuk kering. Beberapa pasien mungkin mengalami rasa nyeri dan sakit, hidung tersumbat, pilek, nyeri kepala, sakit tenggorokan, hilang penciuman dan pembauan atau ruam kulit.

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, cara penyebaran virus ini melalui droplet saluran pernapasan dan terjadi kontak secara dekat dengan orang yang telah terinfeksi. Awal ditemukannya metode penyebaran virus ini ketika mulai diterapkannya penggunaan masker dan adanya kebijakan untuk menjaga jarak sejauh 2 meter. Seperti yang kita ketahui, virus ini juga menyebar sampai ke Indonesia sehingga menjadi salah satu negara yang ikut mengalami pandemi Covid-19 selama 2019-2022. Kasus pertama Covid-19 yang muncul di Indonesia dikonfirmasi pada 2 Maret 2020.

Awalnya kasus Covid 19 yang terjadi saat itu dua pasien, yakni seorang perempuan yang berusia 31 tahun bernama Sita Tyasutami (pasien 1) dan ibunya yang 64 tahun yang bernama Maria Darmaningsih (pasien 2). Kasus penularan pertama berawal setelah pasien 1 melakukan kontak dekat dengan seorang Warga Negara Jepang yang ternyata positif COVID-19 saat diperiksa di Malaysia pada malam Valentine, 14 Februari 2020. Pasien 1 kemudian merasa kurang enak badan dan mengeluhkan gejala yang mirip COVID-19, seperti batuk, sesak, dan demam. Setelah dinyatakan positif COVID-19, pasien 1 langsung dirujuk ke RSPI Sulianti Saroso. Pasien 2 yang merupakan ibu dari pasien 1 juga tertular setelah melakukan kontak dekat dengan anaknya dan didiagnosa mengidap Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) sebelum akhirnya diidentifikasi terinfeksi Covid-19.

DKI Jakarta sebagai Ibu Kota Negara pun menjadi daerah yang paling banyak terjangkit Covid-19 karena mobilitas penduduknya sangat tinggi dibanding dengan daerah-daerah lain. Merespons dari banyaknya kasus Covid-19 yang terjadi di DKI Jakarta, Anies Baswedan selaku Gubernur DKI Jakarta mulai mengeluarkan berbagai kebijakan untuk menangani kasus ini. Kecepatan dan ketepatan penanganan wabah COVID-19 sangat bergantung pada proses pengambilan keputusan yang dilakukan oleh seorang pemimpin.

Dalam menangani kasus COVID-19, Anies Baswedan menggunakan pendekatan integratif untuk mengimplementasikan kebijakan yang ia buat, dimana kebijakan tersebut tidak hanya berfokus pada kesehatan tetapi juga mempertimbangkan dampak sosial dan ekonominya terhadap masyarakat. Berbagai kebijakan dilakukan oleh Anies Baswedan untuk menangani kasus Covid-19 diantaranya, pembentukan Tim Tanggap Covid-19 pada 1 Maret 2020 yang bertugas membantu pemerintah dalam menangani dan mencegah penyebaran wabah, meluncurkan situs corona.jakarta.go.id dimana melalui situs ini masyarakat dapat mengetahui dokumen-dokumen kebijakan, seperti surat-surat atau instruksi gubernur yang mengatur pembatasan kegiatan masyarakat dan angka positif kasus COVID-19.

Selanjutnya, Anies Baswedan meniadakan kegiatan belajar tatap muka, menghentikan operasional kegiatan di kantor, dan menutup tempat-tempat hiburan. Anies Baswedan juga mengubah skala prioritas anggaran untuk mengalokasikan dana yang lebih besar dalam menangani wabah COVID-19. Segala bentuk penanganan untuk menghadapi wabah Covid-19 telah dilakukan oleh beliau, hal tersebut membuktikan bahwa beliau memiliki sifat inovatif dalam menanggapi kasus COVID-19 dan mengadopsi kebiasaan baru untuk mengurangi kenaikan angka COVID-19. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline