Pencitraan...hmm ini masih soal presiden kita yang naik pesawat ekonomi. Para kritikus Jokowi langsung menyerang hal ini dengan menyebutnya sebagai pencitraan. Saya bertanya sendiri apa yang dimaksud dengan pencitraan. Kalau menurut saya pencitraan itu adalah sesuatu kebiasaan yang kita lakukan diluar kebiasaan kita. Contohnya seperti berita yang saya baca soal Ridwan Kamil mendorong mobil yang mogok di Dago. Hal ini disebut pencitraan kalau Ridwan Kamil pribadi, bukan menjadi walikota dan dia sedang mengendarai mobil dan tiba-tiba ada mobil yang mogok.Apakah dia akan turun dan mendorong mobil itu segera, karena itu sudah kebiasaannya. Tentu yang bisa jawab ya Ridwan Kamil sendiri.... Kembali ke soal Jokowi, saya rasa seharusnya Jokowi sanggup untuk beli kursi kelas bisnis, setidaknya memberi penghargaan tinggi kepada lambang kepresidenana. Masak tidak mampu sih kalau sudah bias menyekolahkan anaknya pada tingkat SMA di luar negeri (semuanya lagi... tidak percaya sistem pendidikan Indonesia ya Pak Jokowi). Jadi menurut saya, ada sedikit unsur pencitraan dalam hal ini.
Lalu saya baca di dua media online, Kompas dan Detik, semuanya sepakat menulis tim reformasi tata kelola migas, menjadi tim pemberantasan mafia migas. Awalnya saya ragu, apakah memang sudah diganti nama tim tersebut, ternyata tidak. Jadi apa maksud kedua media tersebut mengganti nama itu, untuk membuat tim tersebut lebih semangat atau malah menjebak tim tersebut. Karena apabila dalam waktu 6 bulan, ternyata Petral masih ada, gagal dong tim ini. Karena di kacamata masyarakat, tim ini tugasnya memberantas mafia migas bukan mereformasi tata kelola migas. Kasihan juga pak Faisal Basri nanti. Tapi apa pun namanya mudah-mudahan tim tersebut bisa memperbaiki tata kelola migas kita sehingga mampu memberikan kontribusi yang lebih kepada Negara. Dan diusahakan juga pak Mentri ESDM untuk memberikan wejangan menggunakan kata-kata yang lebih bijak, jangan melemahkan semangat para rekan kita yang bekerja SKK Migas yang bapak sebut ... jangan main-main lagi. Kasihan lagi kalau orang sudah bekerja dengan benar, malah dianggap main-main...
Saya sudahi dulu uneg-uneg pagi ini, mohon maaf kalau kurang beraturan namanya juga uneg-uneg hanya menuangkan apa yang terlintas di kepala... Harus cepat-cepat pagi ini berangkat ke kantor, takut ada demo buruh lagi yang hobbynya menutup jalan tol, yang menyusahkan orang banyak. Saran saya kalau memang gajinya dianggap tidak layak, demo mogok kerja dan diam aja di pabrik.Tidak usah keluar dan menutup jalan tol ya...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H