Lihat ke Halaman Asli

Sastra, Puisi, dan Bulu Kuduk

Diperbarui: 26 Juni 2015   01:30

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Buku PUISI dan BULU KUDUK karya Acep Zamzam Noor yang mulai beredar Juli 2011 lalu telah menjadi virus sastra di kalangan penyair, budayawan dan bahkan sudah mewabah ke kalangan santri di berbagai pondok pesantren.

Istilah bulu kuduk yang melambangkan sensitivitas tubuh itu kini terus diminati banyak pecinta sastra. Dulu sebelum menjadi sebuah buku, esai-esai acep memang telah banyak diapresiasi beragam kalangan. tetapi setelah menjadi buku ternyata esai-esai tersebut semakin memikat dan lebih aduhai dinikmati.
Mengingat banyak permintaan untuk bertemu dengan Acep dan juga perlunya mempertanyakan perihal tulisan-tulisannya, maka redaksi Nuansa Cendekia memberikan kesempatan Anda sekalian bertemu sang Penyair ndeso dari Tasikmalaya itu. Sekalipun ndeso, ia tetap penyair. Sekalipun penyair ia mahir menulis karya ilmiah. Sekalipun mahir menulis karya ilmiah, ia tetap lucu. Sekalipun lucu ia tetap beragama. Sekalipun beragama ia masih mau berteman dengan siapa saja.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline