Lihat ke Halaman Asli

Pertentangan-Pertentangan Sosial & Integrasi Sosial Nasional

Diperbarui: 24 Juni 2015   22:21

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Apa yang sebenarnya yang kalian rebutkan?

Hidup didalam perkembanganan modern ini memang penuh dengan berbagai macam intrik cobaan dari dalam maupun dari luar, masyarakat yang terus berkembang dalam kehidupan bernegara yang saling menghormati dan menghargai itu semua terjalin karena adanya sikap saling menghargai dan menghormati apalagi Indonesia mempunyai semboyan “Bhineka Tunggal Ika” dan Indonesia yang mempunyai banyak suku dan kebudayaan. Namun dijaman modern seperti ini apalagi diperkotaan seperti di kota Jakarta masyarakatnya sudah sangat membaur dan tidak memandang rasisme, memang sebagian besar sudah bisa menerima perbedaan yang ada tapi tak sedikit pula yang masih bersifat rasisme.

Rasisme yang menjadi ancaman perpecahan dalam hubungan masyarakat itu timbul karena adanya pertentangan kecil yang tumbuh menjadi konflik besar. Pertentangan itu sendiri pun bisa timbul karena adanya satu pihak yang berbeda paham sehingga terjadi perdebatan yang bila tidak diatasi dengan kepala dingin akan mengalami perpecahan yang mengakibatan pertentangan sosial. Perdedatan itu sebenarnya wajar asal jangan sampai menggunakan emosi yang berakhir dengan kekerasan akhirnya merugikan semua pihak yang bersangkutan.

Sebagai contoh kecil pertentangan dalam hubungan sosial di negara kita yaitu di pedalaman daerah seperti di Papua yang masih sering terjadi konflik sampai berakhir dengan perang antar suku. Sebenarnya masalah yang ada hanyalah perebutan hak tanah yang menjadi konflik antar suku, mereka sebenarnya mengenal penyelesaian masalah dengan cara musyawarah namum hal itu juga tidak menemui titik temu dan berakhir bentrok lagi yang akhirnya menimbulkan korban jiwa. Ini adalah pertentangan sosial yang terus menerus terjadi di tanah papua yang sering meresahkan masyarakat sekitarnya.

Bila kita melihat di Ibukota negara kita ini Jakarta juga masih terjadi pertentangan sosial bahkan di dunia pendidikan, hanya masalah spele saling ejek-mengejek sampai terjadi tawuran antar pelajar kelompok dengan kelompok. Masalah spele bahkan hanya karna pertentangan individu dengan individu menjadi besar pertentangan kelompok dengan kelompok, dikarenakan hanya bila ada satu pihak disakita maka semuanya merasa disakiti. Ini hal yang seharusnya menjadi bahan refrensi kenapa harus menjadi besar, memang jelas mungkin masalah kedudukan.

Masalah kedudukan memang menjadi faktor pertentangan, perebutan kedudukan dalam hal apapun yang bisa menimbulkan keributan dari awalnya hanya sepihak menjadi kelompok dan berkembang menjadi masalah yang berakibat perang antar kelompok. Ini sebuah masalah yang berawal dari masalah kecil yang tidak diselesaikan dengan kepala dingin dan masih menggunakan otot hanya demi mendapatkan apa yang diinginkan yaitu kedudukan yang lebih tinggi agar memegang kekuasaan namun dengan cara yang salah dengan cara bodohyaitu kekerasan.

Memang banyak hal yang menimbulkan pertentangan dalam hubungan sosial apalagi dinegara kita yang notabennya negara dengan banyak suku agama warna kulit dan lain-lain. Yang memang masih banyak perpecahan dalam masyarakat kita hanya dengan hal kecil bisa terjadi pertentangan yang menimbulkan perpecahan. Apalagi dengan perpecahan yang terjadi pada ibukota negara kita, kota yang harusnya sudah menjadi contoh bagi kota lain dari segi sikap maupun sifat yang ditunjukan sudah menjadi patokan bagi yang lainnya. Pelajar yang masih bentrok hanya dengan masalah kecil, mereka terpelajar bahkan mengetahui bahwa hal tersebut tidak baik dan tidak patut dilakukan oleh pelajar yang seharusnya menjadi tombak penggerak bangsa Indonesia.

Ada juga pertentangan yang terjadi karena adanya provokator yang memperngaruhi atau sengaja mengadu domba satu pihak dengan pihak yang lainnya, yang akhirnya bisa menimbulkan perpecahan dan konflik antara kedua kelompok. Padahal belom tentu masalah tersebut ada akar permasalahan yang jelas bahkan pada akhirnya hanya menemui titik buntu dalam permasalahan itu sendiri yang hanya menghasilkan pertumpahan darah yang tiada artinya diperjuangkan.

Sebenarnya apa yang mereka perebutkan? Hanyalah sebuah kedudukan untuk dipandang lebih tinggi dan kekuasaan yang mereka pegang diakui oleh orang lain. Tanpa alasan yang jelas mereka saling merebutkan hal yang tidak penting bahkan hanya menjadi senjata untuk membunuh diri kita sendiri, bukan hanya soal kekuasaan dan kedudukan yang menjadi akar dari pada pertentangan yang terjadi dalam hubungan sosial.

Seharusnya Indonesia sebagai negara yang banyak perbedaannya menjadi negara multikultur yang manjadi nilai lebih untuk masyarakatnya sendiri, dengan saling menjalin kasih saying saling menghormati satu sama lain tidak memandang rasisme yang berlebihan hanya perlu saling menghargai satu sama lain akan terjalin pula keadaan yang harmonis di dalam negara kita ini.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline