Di pinggir kaldera Gunung Batur Kintamani, saya duduk menikmati pemandangan di kedai dengan secangkir kopi hangat pagi hari,
tak disangka mantan mahasiswa saya juga mampir disana. Kami, saling sapa dan diskusi berlanjut karena telah lama tak bertemu, hitungannya 8-10 tahunlah. Sangat lama memang.
Dia, sekarang menjadi guru honorer di sebuah SMA di Bali. Dia merasa khawatir karena tidak dapat mendaftar PPG, meskipun sudah mengajar selama lebih dari tiga tahun. Namun, dia tidak terdaftar dalam database sebagai guru kontrak. Dia disarankan untuk mendaftar PPG (Pendidikan Profesi Guru) agar bisa diangkat menjadi guru P3K atau memiliki kesempatan lebih lanjut. Saran ini membuatnya cemas, karena dulu dia tidak mengikuti anjuran saya untuk memperbaiki nilai, mengingat IPK-nya hanya 2,75, jauh di bawah 3. Saya sebelumnya menyarankan agar dia mengambil beberapa mata kuliah tambahan untuk meningkatkan nilai sehingga bisa mencapai minimal IPK 3,0, namun dia lebih memilih untuk segera tamat dan tidak mempertimbangkan saran tersebut.
Dia berpikir jangka pendek, ingin segera selesai dan wisuda tanpa memikirkan konsekuensi jangka panjang. Walaupun pada saat itu persyaratan PPG belum mengharuskan IPK minimal 3,0, kini dia menyesal dan merasa gelisah. Kini, satu-satunya pilihan adalah mengikuti kuliah lagi, yang tentu membutuhkan usaha dan kerja keras. Ini adalah akibat dari berpikir jangka pendek.
Sampai disitu, saya teringat pesan bijakp enulis terkenal Brian Tracy, " Kemampuan untuk mendisiplinkan diri Anda untuk menunda kepuasan dalam jangka pendek untuk menikmati imbalan yang lebih besar dalam jangka panjang, adalah prasyarat yang sangat diperlukan untuk kesuksesan.
Berpikir jangka pendek adalah pola pikir yang lebih menekankan pada hasil yang cepat dan keuntungan yang didapat dalam waktu dekat, tanpa memperhatikan dampak atau konsekuensi yang akan datang. Seringkali, orang yang berpikir jangka pendek membuat keputusan dengan cepat dan praktis, namun kurang mempertimbangkan perencanaan atau keberlanjutan untuk masa depan. Hal ini bisa berlaku dalam berbagai aspek kehidupan, seperti keuangan, karier, atau hubungan pribadi.
Tantangan berpikir jangka pendek meliputi beberapa aspek, di antaranya: pertama, Kehilangan Pandangan terhadap Tujuan Jangka Panjang: Fokus pada hasil yang cepat dapat mengaburkan tujuan jangka panjang. Misalnya, memilih untuk menghabiskan uang sekarang daripada menabung untuk masa depan dapat menghalangi pencapaian tujuan finansial jangka panjang.
Kedua, Pengambilan Keputusan yang Tidak Berdampak Positif di Masa Depan: Keputusan yang didorong oleh kebutuhan atau keinginan instan seringkali mengabaikan konsekuensi yang akan datang. Misalnya, menghindari olahraga atau pola makan sehat demi kenyamanan sementara dapat menyebabkan masalah kesehatan di masa depan.
Ketiga, Kurangnya Perencanaan dan Persiapan: Berpikir jangka pendek dapat membuat seseorang lebih cenderung menghindari perencanaan yang matang dan lebih mengutamakan solusi cepat, yang bisa berisiko karena kurangnya pertimbangan terhadap faktor-faktor yang lebih besar atau lebih rumit di masa depan.
Keempat, Tantangan dalam Keuangan: Dalam pengelolaan keuangan, terlalu banyak berfokus pada kebutuhan jangka pendek, seperti membeli barang yang tidak penting atau membayar tagihan yang bisa ditunda, bisa menyebabkan masalah keuangan di masa depan, seperti utang atau kurangnya dana pensiun.