Lihat ke Halaman Asli

Ntika

Petani anggur

Bisakah Ekowisata Hutan Mangrove Dapat Menyelamatkannya?

Diperbarui: 6 Agustus 2024   19:43

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Wisata hutan Manggrove (Sumber: Fb. Agus Diana) 

 Saya pernah ke hutan Bali barat untuk kegiatan bersembahyang, disna ada pura segara Rupek, namun pemandangan pantainya luar biasa indahnya, disana pesisir banyak ditumbuhi hutan mangrove.Lokasi ini termasuk kawasan Taman Nasional Bali  Barat,  terletak di bagian barat pulau Bali. Taman nasional ini mempunyai luas 77,000 hektare, sekitar 10 persen luas daratan pulau Bali. 

Taman Nasional Bali Barat terdiri dari berbagai habitat hutan dan sabana. Di bagian tengah taman didominasi sisa-sisa empat gunung berapi dari zaman Pleistocene, dengan gunung Patas sebagai titik tertinggi di tempat ini.Sekitar 160 spesies hewan dan tumbuhan dilindungi di taman nasional ini. Seperti banteng, rusa, lutung, kalong, dan aneka burung.  Dan , memiliki kawasan hutan manggrove yang indah yang menarik wisatawan.

Sebuah pertanyaan muncul, pengembangan ekowisata,  dapatkah menyelamatkan hutan mangrove ?   Tulisan ini hendak menjawab tentang permasalahan itu, dengan mendalami lebih jauh tentang hutan manggrove,  luas arealnya di Indonesia, serta prinsip-prinsip ekowisaata serta kaitannya tentang penyelamatan hutan manggrove?

SELAYANG PANDANG HUTAN MANGGROVE

Anda perlu tahu fungsi hutan mangrove sesungguhnya,  Manggrove atau sering disebut hutan bakau, merupakan  semak atau pohon yang tumbuh terutama di air asin atau   air payau  di pinggir pantai. Mangrove tumbuh di iklim khatulistiwa, biasanya di sepanjang garis pantai dan sungai pasang surut.

Hutan mangrove, juga disebut rawa mangrove, semak mangrove atau hutan mangga, adalah lahan basah produktif yang terdapat di zona pasang surut pesisir. Hutan mangrove tumbuh terutama di garis lintang tropis dan subtropis karena mangrove tidak dapat menahan suhu beku. Ada sekitar 80 spesies mangrove yang berbeda, yang semuanya tumbuh di daerah dengan tanah rendah oksigen, di mana air yang bergerak lambat memungkinkan sedimen halus terakumulasi.

Banyak hutan mangrove dapat dikenali dari jalinan akar penopangnya yang rapat sehingga pohon-pohon tampak berdiri tegak di atas air. Jalinan akar ini memungkinkan pohon-pohon untuk menahan pasang surut harian, karena sebagian besar mangrove tergenang setidaknya dua kali sehari. Akar memperlambat pergerakan air pasang surut, menyebabkan sedimen mengendap keluar dari air dan membentuk dasar berlumpur. Hutan mangrove menstabilkan garis pantai, mengurangi erosi dari gelombang badai, arus, ombak, dan pasang surut. Sistem perakaran mangrove yang rumit juga membuat hutan ini menarik bagi ikan dan organisme lain yang mencari makanan dan tempat berlindung dari predator.

Sumber: Fb. Agus Diana

Hutan mangrove hidup di perbatasan antara daratan, lautan, dan atmosfer, dan merupakan pusat aliran energi dan materi antara sistem ini. Hutan mangrove telah menarik banyak minat penelitian karena berbagai fungsi ekologis ekosistem mangrove, termasuk pencegahan limpasan dan banjir, penyimpanan dan daur ulang nutrisi dan limbah, budidaya dan konversi energi. Hutan mangrove merupakan sistem karbon biru utama, yang menyimpan sejumlah besar karbon dalam sedimen laut, sehingga menjadi pengatur penting perubahan iklim.[5] Mikroorganisme laut merupakan bagian penting dari ekosistem mangrove ini. Namun, masih banyak yang harus ditemukan tentang bagaimana mikrobioma mangrove berkontribusi terhadap produktivitas ekosistem yang tinggi dan siklus unsur yang efisien.

HUTAN MANGROVE DI INDONESIA

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline