Lihat ke Halaman Asli

Sekolah Tak Kunjung Tatap Muka, Kelompok KKM 69 Mengadakan Kegiatan Belajar Mengajar di Desa Sudamanik

Diperbarui: 3 Agustus 2021   14:46

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Di tengah pandemi yang tak kunjung usai, sulit bagi pemerintah menentukan keputusan. Terutama pada sektor pendidikan yang tak kunjung tatap muka. Telpon genggam,hingga saat ini salahsatu alat agar bisa mengikuti kegiatan sekolah daring adalah telpon genggam.

Dari kota hingga pelosok desa semua pelajar sepertinya memiliki telpon genggam. Hal ini membuat para orangtua kewalahan, belum lagi jika ekonomi sedang sulit-sulitnya diterpa pandemi,akan tetapi para orangtua dituntut untuk menyediakan kuota internet agar anak-anaknya bisa mengikuti daring. 

Selain itu, para orangtua dituntut untuk tegas dalam mengatur penggunaan telpon genggam. Karena jika orangtua tidak disiplin kepada anak-anaknya dalam menggunakan telpon genggam dapat memicu anak-anak yang sudah merasa bosan untuk main game online.

Sekolah daring sebenarnya tidak semata-mata untuk kebaikan para pelajar,karena jika hanya ingin menghindari kerumunan justru dirumah mereka juga bermain tanpa masker dengan teman-temannya.

Lalu apa bedanya dengan sekolah tatap muka?

Selain itu sekolah daring juga memicu timbulnya rasa malas. Maka situasi ini digunakan sebaik-baiknya oleh kelompok KKM 69 Uniba untuk meningkat kembali semangat belajar pada anak-anak di Desa Sudamanik, Cimarga, Lebak - Banten. Dengan memberikan fasilitas belajar mengajar di posko dan penggalangan buku untuk meningkatkan minat baca anak-anak setempat.

Upaya ini dilakukan untuk mengembalikan kembali semangat belajar dan meningkatkan minat baca anak-anak di Desa Sudamanik




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline