Kapan terakhir kali kamu benar-benar terpikat pada suatu cerita?
***
Kita sama-sama tidak menyangkal, kisah yang tumpah ruah, menjadi konsekuensi di era bit-bit digital. Rentetan informasi yang hilir mudik, membuat cara kerja sinapsis otak kita berevolusi ke arah yang lebih instan. Meresapi dan memaknai, menjadi dua hal yang kita rindukan.
Maka, untuk memiliki jeda, dunia membutuhkan karya-karya fiksi. Cerita pendek, novel, atau puisi.
Proses merangkai kata-kata dapat mengirim kita ke ruang tenang. Eskapisme yang hening, namun riuh oleh letupan pikiran. Membumbung tinggi bersama imajinasi, nalar, hingga kebijaksanaan.
Nah, agar memberi kesan mendalam, sebuah kisah memerlukan rasa yang kuat, dengan racikan yang tepat. Orang-orang merasa lekat pada karya yang mewakili kegelisahan atau yang lebih menantang, menciptakan kegelisahan baru.
Karena seperti hidup, cerita yang menakjubkan terdiri dari kejutan dan tikungan-tikungan tajam.
Kita sebut saja, plot twist.
Istilah tersebut merujuk pada perubahan alur yang cukup signifikan dalam cerita. Hal-hal tidak terduga yang menciptakan momen keterkejutan. Rancangan semacam ini, dapat kita temukan dalam cerpen, novel, film, komik, hingga video game.
Ada kalanya, seorang penulis meracik plot twist untuk bersenang-senang, membangun ketertarikan, rasa penasaran, atau sergapan pertanyaan. Namun, lebih dari itu, konstruksi plot twist juga disajikan demi menghargai intelektualitas pembaca.
Pasalnya, alur cerita yang penuh dinamika ini kerap menguji logika kita. Plot twist dapat hadir secara mendadak, terbongkar perlahan, atau tersamar oleh tipuan-tipuan. Untuk dapat memahaminya, kita wajib peka terhadap detail dan tokoh-tokoh yang hadir sejak awal cerita.