Lihat ke Halaman Asli

Bisakah Kita Benar-benar Merdeka dalam Berkarya?

Diperbarui: 9 Oktober 2018   14:03

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: Pixabay

Artists use lies to tell the truth. Yes, I created a lie. But because you believed it, you found something true about yourself. (Alan Moore, V for Vendetta)

Bangkitlah kata-kata, kebumikan dusta-dusta!

Dunia narasi selalu berhasil membuat saya terpesona. Saya menikmati karya-karya dan mengagumi setiap penulis yang bersikeras menyajikan imajinasinya-yang-terliar-sekalipun, menjadi sebuah kisah yang menarik untuk dibaca.

Tidak mudah, meracik ide dan makna menjadi kata-kata, merebusnya menjadi cerita, lantas menyajikannya dalam wujud karya yang utuh dan berterima. 

Ketika berada di tangan pembaca, kisah-kisah yang telah dianggap sempurna, akan bertaruh dengan keragaman selera, suasana hati, tingkat intelektualitas, situasi lingkungan, dan yang lebih bengis, dengan takdir.

Kualitas, tidak menjamin popularitas, begitu pula sebaliknya. Terlepas dari perkara komersial, seorang penulis harus legawa dan memahami seutuhnya, untuk apa mereka berkarya.

Merayakan kemerdekaan, atau menyampaikan suatu pesan?

Kamu, tenang saja. Di antara keduanya, tidak ada perkara benar atau salah. Di antara keduanya, kita hanya akan menemukan konsekuensi dan jalan yang sama-sama sunyi.

Menulis untuk Merayakan Kemerdekaan

Dalam ranah ekstrem "merdeka dalam berkarya", penulis benar-benar terbebas dari respon pembaca, bahkan semesta. Bercerita, menjadi satu cara bergembira yang tidak membutuhkan penilaian siapa-siapa. Penulis hanya ingin "menari dan bernyanyi" pada panggung terbuka. Siapapun kamu, selamat menikmati, inilah yang tersaji.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline