Lihat ke Halaman Asli

Cerpen | Dialog Tanpa Nama #13

Diperbarui: 26 September 2018   11:12

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: Pixabay

Cerita ini merupakan fragmen terakhir dari rangkaian omnibus Tenggelam di Langit. Bacalah 12 fragmen sebelumnya, untuk menikmati keindahan semesta mereka dengan lebih utuh.

***

Fragmen 13. Dialog Tanpa Nama

Karagan lebih cantik malam ini. Tersenyum manis dalam siraman gerimis bulan November. Sebaris janji kokoh berpilin, bersama doa-doa dan restu semesta. Dua nama: Neira Gautama dan Reno Arka Jayanto tertera pada rangkaian bunga nila dan jingga. Acara besar terselenggara di taman kota yang sudah lama bertransformasi menjadi balai terbuka.

Orang kedua: Haruskah kita membuat acara malam-malam, Ren?

Orang pertama: Tidak ada keharusan, Nei. Ini keperluan.

Orang kedua: Keperluan apa?

Orang pertama: Menahan Ayah lebih lama di Karagan.

Orang kedua: Kamu yakin dia bukan Pak Mandala?

Orang pertama: Kamu pasti mengerti, naluri hati tidak bisa dibohongi.

Orang kedua: Kenapa kamu tidak mendesaknya waktu itu?

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline