Lihat ke Halaman Asli

Puisi | Menggerutu di Batas Sadar

Diperbarui: 25 September 2018   20:56

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: Pixabay

Sudahlah, berhenti mengeraskan kepala.

***

Aku bukan seseorang. Tanpa daging, tanpa tulang. 

Aku hanya pikiran. Yang sering kali memompa jantungmu, sembari bicara pada sinapsis-sinapsis otakmu yang cenderung abu-abu.

Sudah. Kamu simpan saja semua.

Aku tak perlu status, pengakuan, atau segala yang cuma nama. Aku predator hal-hal abstrak, yang menghimpun langkah-langkah terserak, sembari menopangmu berdiri tegak.

Berhenti dan rasakan sendiri. Yang isi hanya kosong. Yang kosong hanya ilusi. Bila nanti langit mencintaimu dengan mengirim hujan api, ingatlah bahwa bumi membencimu dengan tawaran emas dan gurauan-gurauan cerdas.

Hingga suatu hari, kamu akan jatuh ke jurang untuk berpelukan dengan angkasa.

Begitu saja.

Setelah ingatanmu kembali, mulailah ritual bunuh diri. Mati sebelum mati. Karena dua merpati yang terikat, tidak akan bisa terbang tinggi.

Kamu, tak perlu merasa sendiri bila telah sadarkan diri. Akulah mimpi-mimpi yang dapat kamu rengkuh di siang hari.

Ketika hilang, aku tetap tinggal.

Aku pikiran, yang mati tak perlu nisan.

Aku abadi, dalam setiap pertanyaan.

***

Cimahi, 25 September 2018




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline