Kreatif menurut Ken Robinson (2009) dalam The Element adalah "Creativity is the process of having original ideas that have value". Sementara Edward de Bono mengatakan bahwa kreativitas seseorang harus mengandung tiga unsur; pertama, kreatif berarti mengubah sesuatu menjadi hal yang baru dan sebelumnya belum pernah ada. Kedua, sesuatu yang diubah itu harus bernilai dan bermanfaat, dan ketiga sesuatu itu tidak terbayangkan sebelumnya, dan ada perubahan terhadap sesuatu yang sebelumnya ada.
Dalam pembelajaran Seni dan Prakarya di sekolah dituntut kemampuan guru untuk mendidik anak-anaknya agar menjadi kreatif dan terampil. Contohnya, anak-anak dilatih membuat kerajinan tangan tradisional dengan merangkai dan menyusun mainan wayang dari batang daun singkong. Kemudian setelah wayang jadi, mereka dilatih untuk mendalang menggunakan wayang hasil karyanya dengan cerita yang sederhana, seperti pengalaman bermain sehari-hari. Disamping itu, anak-anak juga diajarkan membuat mainan boneka dari batang sumpit dan kain perca, dan bahan lain yang justru dianggap sampah.
Beberapa manfaat yang diperoleh anak didik adalah; Pertama, kita mengajarkan sifat dan sikap kemandirian kepada anak, bahwa untuk mendapatkan mainan yang baik dan mendidik itu harus berusaha sendiri dengan keterampilan.
Kedua, setelah berfikir kreatif dan inovatif, maka kegiatan anak dalam jangka panjang akan lebih produktif. Artinya, hasil kerajinan dan mainan tradisional yang mereka buat dalam skala besar bisa dijual ke pasar dan galeri pernak-pernik, tentunya ini akan menambah uang saku tanpa harus meminta kepada orang tua dan kalau lebih bisa ditabung untuk masa depan.
Ketiga, dengan mengajarkan kerajinan dan mainan tradisional kepada anak, maka akan tertanam rasa mencintai kebudayaan daerah sendiri, sekaligus memproklamirkan bahwa mainan tradisional tidak kalah kualitasnya dengan mainan modern seperti robotik, gimbot, play station,dan game online. Bahkan akan menyadarkan diri anak bahwa mainan tradisional itu lebih murah, sehat, mendidik, dan mengembangkan daya imajinatif daripada mainan modern yang cenderung mahal dan membahayakan kesehatan.
Keempat, karena kegiatan membuat kerajinan dan mainan tradisional ini bentuknya teori dan langsung praktek, maka secara otomatis anak menggunakan otak kanan, tengah, dan otak kiri sekaligus sehingga meningkatkan kemampuan kognitif, afektif, dan motorik sekaligus. Daripada mainan dalam bentuk game, robot, play station, dan game online yang justeru melemahkan kreativitas anak, membahayakan kesehatan, dan membuat anak "kecanduan" sehingga melalaikan belajar.
Kelima, kita ajak anak untuk berfikir futuristik. Maksudnya, dengan membuat kerajinan dan mainan tradisonal berarti anak-anak sudah melestarikan kebudayaan dan tradisi daerah yang sudah mulai terkikis oleh kemajuan zaman. Dengan demikian, maka karya-karya anak dalam bentuk barang, ornamen, mainan, dan tulisan akan menjadi literatur bagi generasi yang akan datang. Dalam skala yang lebih luas, yakinkan pada diri anak bahwa hasil kerajinan dan mainan tradisional buatan anak itu mempunyai kualitas internasional yang laku diekspor ke luar negeri.
Semoga dengan praktek membuat mainan tradisional dari bahan-bahan yang sederhana, anak didik kita tumbuh menjadi generasi yang kreatif dan terampil sebagai bekal kehidupannya. Amin.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H