Lihat ke Halaman Asli

OAP

Pendidikan

Apakah Tuhan juga mengasihi hewan-hewan sama seperti kita? (Sebuah ingatan cerita dari Video Hewan peliharaan Korban Kebakaran Los Angeles)

Diperbarui: 19 Januari 2025   00:48

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Roman. Sumber ilustrasi: pixabay.com/qrzt


Apakah Tuhan juga mengasihi hewan-hewan sama seperti kita? 

(Sebuah ingatan cerita dari Video Hewan peliharaan Korban Kebakaran Los Angeles

Kisah ini mengingatkan saya waktu kecil, yang nampaknya saya sangat suka dekat  dengan binatang, saya sangat dekat dengan hewan-hewan peliharaan saya, pernah waktu belum sekolah, saya menangis meronta-ronta karena anjing di rumah saya mau dijual, dengan penuh marah, keluarga saya menenangkan saya dan mengatakan dengan keyakinan bahwa hewan adalah hewan, bukan manusia, hewan tetap berperilaku buruk dan boleh diapakan. 

Singkat saja, setelah  SD kelas 2, ada anjing di rumah saya lahirkan sekitar 6 ekor anak anjing, namun yang bisa bertahan  beberapa hari hanya  2 ekor jantan. 

Saya dekat dan sering main sama-sama dan sangat senang dengan tingkah lucu kedua anjing jantan saya ini,  dan selalu membayangkan jika mereka menjadi dua ekor anjing jantan yang gagah jika sudah besar dan mengawal saya. 

Tapi  pada suatu hari salah satu ajing saya yang berwarna hitam sakit-sakit dan akhirnya mati juga. Saya  sedih, namun saat itu sangat bingung kalo bersedih sama hewan itu boleh atau tidak, karna bukan bagian dari budaya kami selama yang saya tahu. 

Saya sangat terpukul, saya tidak terima. Saya bingung saya bertanya dalam hati saya, apakah boleh saya sedih sama hewan? Apakah Tuhan juga mengasihi hewan-hewan sama seperti saya manusia, saya tidak yakin, apakah Tuhan membiarkan mereka begitu saja? Saya tidak yakin, kok sia2 sekali ya mereka tidak seperti manusia, mengapa mereka harus ada kalo hanya untuk seperti ini. SD kelas 2 usia saya 8 tahun, saya  menguburkan anjing hitam saya bersama beberapa saudara saya. Sangat sedih dan terpukul bahwa karena mengingat mereka hanya hewan yang sia-sia. Saya berpikir, apa yang bisa saya buat untuk menghargai anjing saya ini supaya tidak pergi dan hilang dengan sia2 ketika berpikir sejenak dengan segala keterbatasan, saya mendapatkan ide, Saya berbicara dalam diri saya untuk menghargai anjing saya "Kuburan anjing saya ini tidak akan saya lupakan sampai saya tua". 

Saya hidup dengan satu ekor anjing lain, dan dia hidup dengan saya 10 tahun dan pada akhirnya saya harus merantau untuk kuliah. Saya sangat sedih karna harus tinggalkan lagi anjing saya yang sdh tua.Saya berpikir, apa yang bisa saya buat untuk tetap mengingat anjing saya ini, akhirnya saya dapat ide, sebelum saya merangkat, saya merekam anjing saya sebagai kenang-kenangan, bukan karna sekedar mengingatkan, tapi saya kawatir mungkin dia akan mati karna tua tanpa saya yang masih di rantau. 

 Video rekaman itu sekitar 11 tahun yg lalu ide itu muncul karena saya pikir bahwa video rekaman ini akan membuat anjing saya tetap abadi dan tidak pernah tua, sekarang usia saya sudah 32 tahun dan sudh pindah rumah di 3 lokasi berbeda tapi saya masih tetap ingat tepatnya di mana anjing hitam pertama saya itu dikuburkan, sedangkan anjing kedua putih yang hidup  sekitar 12 tahun saya tidak tahu meninggalnya di mana dan kapan karena sudah tua.

Tetapi saya punya video yang membuat saya merasa mereka tetap hidup. Anjing yang hitam saya ingat kuburannya, anjing yang putih saya punya videonya.  Dua data itu membuat saya merasa mereka masih tetap hidup abadi. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline