Lihat ke Halaman Asli

Memahami Era Disruption

Diperbarui: 25 Maret 2020   17:42

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber gambar : Pewarta Nusantara

Sekarang ini adalah era disrupsi. Era di mana pemain lama digantikan oleh pemain baru karena inovasi yang dibawanya. Contoh: ojek pangkalan yang tergeser ojek online. Ya, gaya transportasi mengalami perubahan hebat beberapa tahun belakangan ini. Sekarang bepergian semudah menyentuhkan jari ke layar smartphone

Pemain baru ini sangat berbeda dari pemain lama. Koran dan majalah mati bukan karena sesama rivalnya, namun karena Social Media. Lihat saja diri kita dan anak muda saat ini, kita tak lagi pernah menyentuh koran atau majalah kertas lagi. Kita lebih asyik main Whatsapp, Instagram, Youtube, dsb. Pelan tapi pasti industri koran dan majalah akhirnya akan mati. Saluran televisi seperti MNC, Trans, dan  SCTV kelak akan kolaps bukan karena pesaing dari sesama industri, namun pesaingnya dari planet lain yaitu Youtube.

Berkualitas, tetapi harganya lebih dan semakin murah. Itulah disruption. Singkat saja, disruption adalah sebuah inovasi. Disruption berpotensi menggantikan pemain-pemain lama dengan yang baru, menggantikan seluruh sistem yang berjalan dengan cara lama dengan cara-cara baru melalui inovasi yang dibawa. Disruption menggantikan teknologi lama yang serba fisik dengan teknologi digital yang menghasilkan sesuatu yang benar-benar baru dan lebih efisien, juga lebih bermanfaat.

Pemain lama, kita sebut saja mereka yang telah memiliki brand. Mereka besar karena proses panjang yang dilaluinya. Kita ambil contoh, "Aqua".   Brand ini sudah sangat melekat di hati konsumen ketika membeli air mineral. "Beli apa?".  "Aqua", padahal maksudnya adalah air mineral botol, mereknya terserah apa yang ada. Contoh lain : Honda, Nyonya Meneer, Garuda, dan sebagainya. Kuatnya brand dan monopoli dalam jangka waktu yang cukup panjang membuat perusahaan-perusahaan tersebut terlena dan berpuas diri. Pegawai mereka pun bekerja hanya semata-mata memenuhi kewajiban, bukan passions.

Perusahaan pun lupa merawat kualitas produk dan layanan, kreativitas kurang. Zona nyaman ini mereka nikmati bertahun-tahun yang pada akhirnya akan merembet ke masalah operasional, lalu ke sisi finansial. Disruption ini pada akhirnya menciptakan suatu dunia baru yaitu digital marketplace. Bagi incumbent, pasar adalah bangunan berupa toko, gedung, atau tempat pertemuan fisik dari ribuan orang. Bagi regulator setiap usaha itu harus ada izinnya dan fokus. Kaum muda kini hidup di dunia yang berbeda, dunia virtual yang tak kelihatan dan tidak butuh regulasi yang berbelit.

Era disrupsi ini tidak dapat disepelekan karena setiap perusahaan bisa terkena dampaknya. Oleh karena itu, sebagai pemimpin perusahaan, ada beberapa hal yang harus diperhatikan untuk menghadapi era disrupsi. Rhenald Kasali dalam bukunya mengatakan, "Lebih baik kita berdamai dan menciptakan cara-cara baru untuk menyambut era baru yang lebih inklusif pada hari esok, pada abad 21 yang baru kita mulai".

Langkah yang pertama sekali diambil yaitu jangan pernah berhenti berinovasi. Pasar memiliki selera yang terus berubah dan perusahaan tidak akan dapat memberhentikan perubahan selera konsumen tersebut. Bukan begitu? Maka, perusahaan lah yang harus dapat berinovasi menyesuaikan selera konsumen. Jika tidak, perusahaan tersebut akan ditinggalkan oleh konsumennya secara perlahan. Hal ini dapat kita lihat pada brand Nokia, Kodak, dan Blackberry.

Selanjutnya yaitu memanfaatkan teknologi . Perusahaan harus memanfaatkan teknologi untuk meningkatkan kualitas jasanya. Ditambah lagi, pangsa pasar saat ini didominasi oleh Generasi Milenial dan Generasi Z sehingga teknologi menjadi faktor penting bagi mereka dalam menentukan jasa maupun produk yang akan digunakan.

Kemudian, ciptakan hubungan yang "Customer Oriented". Pada era disrupsi ini, penting bagi sebuah perusahaan untuk menyediakan berbagai layanan yang berorientasi pada konsumen. Perusahaan dapat memberikan berbagai program loyalty, potongan harga, kemudahan pembayaran, dan menyediakan layanan customer service yang solutif dan cekatan. Layanan ini akan membuat para konsumen lebih memilih perusahaan Anda daripada perusahaan lain

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline