Lihat ke Halaman Asli

Nur Rohmatus

Mahasiswi

Salahkah Jika Aku Menuntut Kejelasan?

Diperbarui: 23 Februari 2019   12:33

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Fiksiana. Sumber ilustrasi: PEXELS/Dzenina Lukac

Hei.

Mungkin kamu bertanya-tanya kenapa aku tak memanggilmu dengan sebutan yang lebih panjang, dengan sebutan yang lebih personal. Sapaan 'hei' terasa terlalu datar. Terlalu jauh dari sifat periangku yang selama ini kamu kenal.

Kamu pun pasti mendeteksi perubahan sikapku akhir-akhir ini. Aku menjadi lebih diam, namun pada saat bersamaan lebih cepat gusar. Seperti pacar perempuan yang sedang marah --- kecuali tentu saja aku bukan pacar siapa-siapa.

Karena hingga saat ini, sayangnya, hubungan kita belum bernama.

Pertemuan kita memang sangat biasa, berawal dari status sahabat yang membuat kita kian lekat

Apakah kau masih mengingat pertemuan pertama kita? Beberapa tahun silam kita hanyalah teman sepermainan yang sering menghabiskan waktu bersama. Ya, aku dan kamu memiliki hobi dan minat serupa. Kita sering meluangkan waktu, entah untuk berbagi ilmu hingga senja atau bahkan berburu momen untuk dibidik lensa kamera.

Tidak, kala itu tidak hanya melulu aku dan kamu, banyak juga kawan-kawan lainnya. Namun, dari sekian banyak manusia di sana, kamu dan aku memiliki persamaan yang, secara membuat kita kian lekat. Kita lebih senang berbincang dan berbagi cerita daripada mengikuti hingar-bingar suasana.

Aku senang mendengarkanmu bertutur mengenai hobi dan minat kita yang membuatku menyadari bahwa ternyata wawasanmu sangat kaya. Kau pun gemar mendengarkan candaan yang kulontarkan dengan lugunya. Memujiku bahwa aku gadis lucu yang beda dari gadis lainnya.

Aku masih belum menerka jika ternyata kamu, pria yang kuajak berbincang berdua malam itu, akan mengisi lipatan hatiku di hariku yang selanjutnya.

Meski tak memanggil satu sama lain dengan nama kesayangan, tangan kita saling menggenggam

Tanpa disadari, kedekatan kita pun berlanjut. Jika dulunya kita selalu pergi bersama kawan lainnya, kini kau tak segan untuk mengajak berdua saja saat berburu momen hingga senja. Diam-diam aku menikmati tiap menitnya karena aku selalu mengiyakan ajakan makan berdua setelahnya.

Saat kita berkumpul bersama kawan pun kita tak pernah alpa untuk duduk berdua, menimbulkan pertanyaan ingin tahu yang beterbangan di udara. Kau sepertinya tidak keberatan dengan hal itu, aku pun lebih memilih diam dan menutup telinga. Ya, aku lebih memilih untuk menikmati tiap detik yang kita habiskan bersama.

Walaupun kemudian raga kita tak selalu bersama namun selalu ada cara untuk mengakalinya. Selalu ada pesan darimu kutemukan di layar ponsel sebelum aku menutup dan membuka mata di pagi buta. Ucapan selamat pagi dan selamat malam sederhana yang dengan suksesnya mengukir senyum sekaligus membuatku terpana beberapa detik setelahnya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline