Lihat ke Halaman Asli

Suprihati

TERVERIFIKASI

Pembelajar alam penyuka cagar

Sega Berkat MPR dan Filosofi Daun Jati Ramah Lingkungan

Diperbarui: 16 Juni 2023   06:12

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi Sega Berkat alas daun jati (Dokumentasi pribadi)

Waktu menunjukkan pukul 13.35 kala kami ibu-ibu memasuki halaman luas rumah limasan di kawasan kota Wonosari, Gunung Kidul. Sega Berkat Mbah Pawira Ranti demikian tulisan di spanduk. Jagad maya menuliskannya Sega Berkat MPR, serasa nama panggungnya. Menyentuh sisi filosofi daun jati ramah lingkungan. 

Sega Berkat MPR

Segera ibu penjual meracik pesanan. Diambilnya piring anyaman lidi lalu dialasi selembar daun jati. Nasi sesuai pesanan, biasa, setengah atau tanpa nasi.

Ibu peracik sega berkat dan minuman (Dokumentasi pribadi)

Tangannya terampil menata paduannya dari soun, oseng tempe, serundeng kelapa. Lauknya tersedia pilihan empal daging, babat, iso, ayam maupun telor. Bagi penggemar masakan pedas, oseng tempenya sungguh joss. Awas ranjau cabai utuh didalamnya.

Penikmat sega berkat bebas memilih tempat duduk. Mau nostalgia kursi turop rotan, bangku kayu atau sofa masa kini. Posisi warung makan ini tepat di sebelah rumah induk gaya limasan. Serasa makan di bagian gandhok simbah.

Sega berkat MPR (Dokumentasi pribadi)

Izin melongok ke dapur. Badalah ruang memasaknya sangat luas dengan jajaran tungku kayu bakar. Dandang pun panci pemasak bertengger di atas tungku membara. Setoran kayu bakar diantar dengan pickup langsung.

Dapur dan kayu bakar (Dokumentasi pribadi)

Nah ini ruang patehan tempat menyeduh teh, pengingat masa kecil. Seorang ibu meracik pesanan aneka minuman. Tampak sebongkok besar daun jati di ruang tersebut.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline